Skip to main content

Pilihan-Pilihan Hidup


Hidup adalah sebuah hamparan jalan yang panjang. Manusia adalah pengembara yang menjadi penentu arah hendak ke mana kakinya melangkah. Tiap putusan-putusan jalan yang akan dipilih adalah hasil perenungan yang tak hadir begitu saja. Ia adalah putusan yang hadir dari perenungan panjang pada pertimbangan-pertimbangan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki manusia.

Tapi tak semua jalan adalah benar. Dan tak jarang manusia menemui kerikil tajam, jalan berliku, atau bahkan gang buntu yang tak berada di arah yang sebenarnya.Terkadang manusia terlalu silau pada pilihan-pilihan yang dipilih oleh orang lain. Selalu menganggap bahwa ketika orang lain telah berhasil dan menikmati jalan tol yang dilaluinya, manusia lain turut mengambil jalan yang sama dan menganggap itu juga baik untuknya.

Kadang mereka tak berpikir bahwa orang tersebut sebelum melewati jalan tol mereka juga melalui aral rintang yang tak sedikit.
Terkadang pula manusia mengambil arah yang tak sesuai peta yang dibuatnya. Dia hanya terpesona pada fasiltas di arah tersebut. Rumah makan, tempat ibadah, tempat rekreasi, tapi pada akhirnya ia tidak sampai di tempat yang ditujunya.

Mereka memilih hanya karena menilai hal tersebut akan lebih baik, tanpa pernah bersabar bahwa dia butuh menunggu sedikit lagi akan ada sesuatu yang lebih baik dari semuanya. Bisa jadi saat ini dia berada di posisi minus minus, dan jika ia memilih jalan lain posisi minus plus. Tapi ia cuma butuh sedikit bersabar agar berada di posisi plus plus.

Hidup tak melulu berkata “ya” pada segala hal, tapi juga berani berkata “tidak” karena sebuah pertimbangan yang benar.
Hidup bukanlah menghabiskan waktu untuk terus berputar-putar di jalan itu dan tak pernah benar-benar sampai di tujuan. Akhir perjalanan ini adalah tempat tuju yang menjadi altar ego di benak manusia. Selalu ada waktu untuk sampai sana.Jangan sampai ia hanyalah menjadi khayalan yang kesiangan.

Dan jika kau berada dipersimpangan, berhentilah sejenak. Dengarkan hatimu, dan pergilah kemana hati membawamu……

(Setelah berdiskusi dengan seorang kawan tentang pilihanku memilih “tidak”)

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan ...

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...

Indecent Proposal

sumber foto : tvtropes.org Seorang bilyuner menawariku one billion dollar untuk one night stand dengannya. Aku bingung. Aku dan suami sedang tidak punya uang dan satu juta dollar begitu banyak. Mampu membiaya hidup kami. Disisi lain aku  mencintai suamiku, rasa-rasanya ini tidaklah patut. Tapi kami benar-benar tidak punya uang. Aku ingin melakukannya untuk suamiku. Aku mencintaiku dan tidak ingin melihatnya terlilit utang. Kami memutuskan mengambil tawaran itu. This is just sex bukan cinta. Ini hanya tubuhku. Aku dan suami memutuskan setelah semalam itu, kami tidak akan mengungkitnya lagi. Setelah malam itu. Kami berusaha menebus  properti kami yang jatuh tempo. Sayangnya, bank telah menyita dan melelangnya. Seorang pengusaha telah membelinya. Kami putus asa. Suamiku tiba-tiba berubah. malam itu, Ia mempertanyakan apa yang saya dan bilyuner itu lakukan. Padahal kami sepakat untuk tidak mengungkitnya. Saya menolak menjawab pertanyaannya. Saya tidak ingin lagi menginga...