Skip to main content

Berkawan di Perayaan International Women's Day

Seminggu lalu, Ohio University(OU) menggelar International Women's day. Acara ini untuk merayakan hari perempuan internasional yang jatuh pada setiap 8 Maret. Setiap tahun acara ini diadakan oleh Women's Center Ohio University dengan menampilkan berbagai acara yang dibuat oleh perempuan dan untuk perempuan. Berbagai booth pun turut meramaikan acara ini. Seperti perkumpulan mahasiswa dari berbagai negara yang ada di OU. Lesbian, Guy,Bisexual,Transgender (LGBT) Center, Study Abroad, dan Komunitas Ibu-ibu menyusui, serta booth-booth kreatif yang menjual berbagai pernak-pernik cantik.
tarian jepang

Tarian, puisi, fashion show, dan berbagai acara digelar khusus oleh perempuan. Meski beberapa penampil ada yang cowok, tapi mayoritas yang ikut mendukung acara ada perempuan. Meski acara ini untuk memperingati hari perempuan tapi banyak juga pria yang turut hadir. Acara ini cukup menyenangkan dengan menyediakan booth khusus untuk anak-anak.
Fashion Show

Tapi yang paling mengasyikkan buat saya adalah saya bertemu banyak kawan yang mulai akrab dengan saya secara bersamaan di acara ini. Mayoritas teman-teman yang saya kenal adalah perempuan. Kenalnya pun lewat berbagai aktivitas. Entah keseringan ketemu di acara-acara kampus, ketemu di acara storytime di perpustakaan, atau ketemu di kelas bahasa Inggris.

Buat saya, menjalin sebuah pertemanan dengan berbagai perbedaan bahasa, budaya, dan kebiasaan menjadi hal yang cukup susah. Enam bulan pertama, saya hanya mengenal beberapa orang, itu pun tidak intens berkomunikasi. Sekedar bertemu, berkata "hallo" dan kemudian tidak pernah bertukar sapa lagi. Butuh waktu lama memang untuk menjalin pertemanan. Kesamaan hobby dan aktivitas juga menjadi faktor utama dalam menjalin hubungan pertemanan.

Saya cukup aktif untuk menghadiri acara-acara kampus. Mulai dari acara Long March untuk peringatan 11 september, acara global meet and greet yang sebenarnya ditujukan buat mahasiswa (saya nyamar jadi mahasiswa, meski sering bawa Ara ke acara ini.Xixixi), hingga acara  budaya yang diadakan pekumpulan mahasiswa. Dari acara-acara itu saya berkenalan dengan Amani dan Ibunya. Awalnya kami belum terlalu akrab, tapi memiliki anak membuat saya lebih mudah berteman. Orang-orang akan menyapa Ara kemudian mengajak saya bercakap-cakap. Kondisi ini cukup menakutkan juga sih, karena mereka akan bercakap dalam bahasa inggris yang mau tak mau harus belajar saya pahami.
Tak sempat berfoto dengan ibu Amani :(. Jadi fotonya Amani saja yang mejeng :D

Ara dan Amani menjadi teman akrab. Mereka pasti bermain-main jika bertemu. Meski kadang tak jarang mereka bertengkar. Saya pun berteman dengan ibunya. Sayangnya hingga saat ini saya belum mengeatahui nama aslinya*teman macam apa itu* . Soalnya saya lebih mengenalnya dengan nama ibu Amani.Hehehe. Saat acara International Women's Day, ia mengenakan jilbab yang sedikit membuatku kaget dan tidak mengenalinya. Pertama melihatnya kupikir dia seorang muallaf. Dia tampak cantik dengan balutan jilbabnya. Hari itu ia memutuskan untuk memakainya berhubung karena sedang di acara perempuan. Baju itu ia beli saat ke Asia. Kuceritakan padanya bahwa saya memposting foto Ara dan Amani. Membuat cerita lucu tentang mereka berdua. Ia hendak memberiku alamat facebooknya dan kartu namanya, tapi kami kemudian lupa bertukaran email karena sibuk mengurusi anak-anak kami yang berkeliaran di sekitar panggung.
Bareng Elliot dan Sherrie

Lain Ibu Amani, lain juga mama Elliot. Saya berkenalan dengannya di Perpustakaan Athens. Kami sama-sama sering menghadiri acara storytime. Pertama kali ia yang menyapa saya dan menanyakan saya berasal dari mana. Ternyata ia bisa berbahasa Indonesia dan pernah tinggal di Indonesia (baca di sini). Semenjak musim salju, saya tidak pernah lagi membawa Ara ke acara storytime. Rasanya begitu menyenangkan ketika bertemu dengan Sherrie, nama mama Elliot, di acara international women's day ini. Ternyata dia aktivis ibu-ibu pendukung breastfeeding. Kami berdiskusi soal breastfeeding. Dia pun tahu kalo di Indonesia lebih dikenal dengan nama Air Susu Ibu. Ia memiliki 3 anak yang ke semuanya disusui hingga dua tahun lebih. Duh, keren banget ya!

Bersama Jessica

Kemudian saya bertemu dengan Jessica. Jika Sherrie dan Ibu Amani ketemu di forum ibu-ibu, maka beda dengan Jessica. Dia adalah mahasiswa undergraduate di OU. Dia menjadi tutor bahasa Inggris di kelas saya semester lalu. Awalnya kami tidak terlalu dekat. Dikarenakan dia punya tugas Antropologi dan meminta saya menjadi nara sumbernya, jadilah kami intens berkomunikasi (baca di sini). Hari itu dia melakukan perfomance menari hula hop bersama kawannya. Dia yang menyapa duluan ketika saya berusaha merapikan rambut Ara. Kupikir dia sudah lupa, ternyata tidak. Ara pun senang bermain-main dengan hula hop milik Jessica.
Bersama Helen dan Tugba (Foto : Helen Peng Facebook)

Kawan berikutnya adalah teman-teman sekelas saya di English for All semester ini. Jika semester lalu saya hanya bertemu dengan teman-teman sekelas dalam kelas, semester ini teman kelasku lebih asyik. Kami sama-sama menyukai acara-acara yang diadakan di kampus. Sama-sama tidak punya aktivitas selain belajar english for all. Jadinya kami sering janjian ketemuan jika ada acara. Apalagi yang ada kaitannya dengan perempuan. Helen Peng dari China dan Tugba dari Turki. Kami sama-sama belajar bahasa inggris jadi kalo ngobrol sedikit agak lucu. But, so far kami bisa saling berkomunikasi dengan baik. Di kelas pun kami cukup dekat dan sering membuat lelucon di kelas.
Mbak Yuyun, Mbak Eli, Linda, dan Saya

Saya pun berkenalan dengan Linda. Linda adalah teman Kak Yusran. Dia berasal dari Jerman. Tahun lalu dia menjadi salah satu mahasiswa yang tugas belajar di OU. Tahun ini dia ke Athens untuk liburan. Bahasa Inggrisnya fasih padahal bahasa ibunya bahasa Jerman.*Kapan ya bisa lancar bahasa Inggris*.  Menyenangkan bertemu dan berkawan dengan perempuan-perempuan di acara International women's Day. I'm proud being a woman :). (*)


Comments

  1. Penasaran dengan booth: Lesbian, Guy,Bisexual,Transgender (LGBT) :D
    Pada menampilkan apa mereka ya?
    Oya, di Indonesia tinggalnya di Makassarkah mbak? Rupanya sekarang lagi ada di Amrik ya? :)
    Ah, pasti lancar deh Englishnya, bohong kalau tidak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. boothnya cuma nyediakan brosur kegiatan saja dan penjelasan ttg LGBT club :D. Saya juga masih belajar. Masih jauh dr lancar.hehehehehe

      Delete
  2. Penasaran dengan booth: Lesbian, Guy,Bisexual,Transgender (LGBT) :D
    Pada menampilkan apa mereka ya?
    Oya, di Indonesia tinggalnya di Makassarkah mbak? Rupanya sekarang lagi ada di Amrik ya? :)
    Ah, pasti lancar deh Englishnya, bohong kalau tidak :)

    ReplyDelete
  3. pinjam bando nya

    Hahaha semua tante pinjam :)

    ReplyDelete
  4. Anonymous3/26/2013

    Wah asik nich punya temen dari banyak negara :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. lumayan asyik dan lumayan dodol kalo mau cerita. hiihhihih...sama2 nda paham mau bilang apa

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

antusiasme berfoto....

Sebagai prasyarat untuk mendapat izin ujian selain kelenagkapan berkas, calon sarjana perlu menyertakan foto berjas atau berkebaya. Beranjak dari sinilah cerita hari ini bergulir. “izin ujian itu lama loh keluarnya” kata Santi. ( wahhh…aku harus segera mengurusnya ) Tapi aku belum berfoto. Merujuk pada dua orang kakak perempuanku yang telah berhasil menyelesaikan kuliah S1-nya dan telah melalui sesi berfoto untuk ujian dan wisuda, kepada merekalah aku meminta petunjuk. Dan hasilnya….keduanya berfoto menggunakan kebaya untuk ijazahnya. Meski kak Ipah memakai jilbab, ternyata untuk tampil cantik di ijazah ia rela untuk melepas jilbabnya dan bersanggul kartini. Dan atas petunjuk inilah aku pun kemudian mempertimbangkan hal tersebut. Dengan beberapa pertimbangan : Pertama, Dwi kan tidak berjilbab. Teman-teman yang pake jas rata-rata yang berjilbab. Kedua, Inikan ijazah untuk S1, tak ada orang yang memiliki gelar S1 dua kali. Mungkin ada, tapi mereka devian. (...

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan ...