Skip to main content

Catatan Seksi Sang Sakit Hati




Money can't buy happiness, but it can make you awfully comfortable while you're being miserable (Clare Boothe Luce)



Tak ada jalan move on paling cepat untuk melupakan masa lalu selain mengubah penampilan, membeli tiket ke tempat jauh dan bersenang-senang. 


Delilah Flores, mendapatkan kejutan yang mengubah hidupnya dalam sehari. Ia menemukan suami berselingkuh dengan perempuan lain. Perempuan yang menurutnya kurang cantik dan sexy dibanding dirinya. Lebih menyakitkan lagi ketika ia mengetahui bahwa suami bermain dengan banyak perempuan lain termasuk saudaranya sendiri. Ia mengepak semua barangnya, mengosongkan rekening tabungan yang ia simpan bersama suaminya. Persetan dengan semua itu, pikirnya. 

Dari kota kecil yang tak lagi berarti buatnya ia memilih terbang ke Chicago. Memulai perjalanannya yang entah berujung dimana. Ia melakukan make over terhadap penampilannya. Menghilangkan gambaran perempuan alim yang selama ini ia perankan. Sakit hati membawa pada upaya menemukan dirinya dan cinta yang lain. Ia bertemu dua gay yang membantunya merombak penampilannya. Mengajari bergaul dan bertemu dengan berbagai macam pria. Namun, ia tidak berhenti di Chicago. Ia membawa dirinya menuju Roma Italia. 

Salah satu sudut kota Romantis di Eropa membawa Delilah petualangan baru. Lelaki latin bermata coklat, berdada bidang, dan berperilaku romantis adalah obat paling mujarab untuk hati yang luka. Di Roma ia bertemu Luca, lelaki yang menolongnya dari insiden pencurian tas. Yang mengajarinya art of love. Mengajaknya berkunjung ke rumah untuk bertemu orang tuanya.

Apakah Delilah memilih mengikuti Luca ke Florence ataukah ia memilih pergi ke tempat yang lebih jauh lagi? Ia menuliskan kisah petualangannya dalam diary yang dibaginya pada pembaca

Delilah's Diary #1 A Sexy Journey, karangan Jesinda Wilder. Baru kali ini saya membaca novel bahasa Inggris yang mungkin bisa dikategorikan sebagai novel Metropop. Saya membaca buku ini versi kindle dan tidak cukup sehari menghabiskannya. Kugadang-gadang buku ini cukup tipis dalam versi cetaknya. Jika cerita di buku ini mencoba dibuatkan rumus maka move on adalah banyak uang dibagi jalan-jalan. Delilah adalah perempuan yang beruntung mencoba untuk move on dengan tabungan yang cukup banyak. No wonder dia tidak galau berlebihan hingga mau bunuh diri. Ia pun cukup cerdas memilih Italia sebagai tempatnya memulai petualangan. Tempat yang bertabur pria-pria cakep nan romantis. Setelah bosan cukup mengambil bus dan singgah di kota lain yang tak kalah romantisnya. 

Buku ini dibagi menjadi tiga seri, yang entah bagaimana bagaimana mendapatkan seri lanjutannya mengingatbuku ini di download secara gratis di kindle. Edisi selanjutnya saya yakin sudah dibandrol dengan harga tertentu.

Novel ini cukup ringan dan asyik dibaca untuk sekedar membunuh waktu. Bahasanya mudah dimengerti. Untuk pembaca yang menyukai serial metropop maka buku ini layak dibaca. (*)

Baubau, 9 juli 2013

Comments

  1. Hmmmm, menarik. Btw ramadhan di bau2ki ? Bagi cerita dong tentang yg unik2 di bau2 saat ramadhan.hehehe

    ReplyDelete
  2. Hmmmm menarik. Ada cerita unik kah dari bau2 saat ramadhan

    ReplyDelete
  3. hmmm kayanya ceritanya bgus ni mba... donlot via net gada ya mba?

    ReplyDelete
  4. hhmm.. menarik ni kayanya crtanyaa... itu versi inggris semua mba/

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

June, I Wont Remember

Ada yang ironi membaca judul yang kubuat di atas. Mengapa? Karena dua tahun lalu saya mengumpulkan cerpen-cerpen dan prosaku dalam satu buku yang kuberi judul "June, I Remember".  June, you come. As usual. Once in a year. Setia seperti matahari pagi yang terbit. Sayangnya, Juni kali ini tidak begitu kunantikan. Ada satu, dua dan beberapa alasan kenapa saya tidak begitu senang dengan Juni. Ini hanyalah pendapat pribadi dan hanyalah pada tahun ini.  Kenangan dan ingatan akan bulan juni di masa silam terlalu romantis di kepalaku. Membulat dalam ruang kosong hampa dan beterbangan di sana. Kemudian Juni tahun ini seperti chaos yang meluluhlantakkan  ruang kosong itu. Angan membuyar, debu kenangan mengabut. Namun, sekalipun demikian kenangan-kenangan itu melekat samar di benakku. Karenanya Juni tahun ini datang membawa hawa tak menyenangkan. Saya perlu berlari. Chaos pastinya tak mampu terelakkan namun pergi adalah langkah paling kongkret untuk meminimalisir kesakitan. Maka, Juni,

Kartu pos Bergambar Usang

 Setelah vakum 3 tahun lebih, saya akhirnya kembali mengaktifkan kembali akun Postcrossing. Setelah memastikan   alamat rumah gampang ditemukan oleh pak pos dan pengantar barang, maka saya yakin untuk kembali melakukan aktivitas berkirim kartu pos ke berbagai penjuru dunia dan berharap kartu pos-kartu pos dari berbagai penjuru dunia mendatangi rumahku. Rumah pertama yang harus saya kirimi kartu pos beralamat di Jerman. Saya pun memutuskan untuk mencari kartu pos. Tempat yang paling pasti menyediakan kartu pos adalah di kantor pos dan toko buku. Saya memilih membeli di toko buku saja. Mutar-mutar di Gramedia dan bertanya ke karyawannya dimana bagian kartu pos,sejenak sang karyawan tertegun, kemudian balik bertanya “postcard?”. Next time, saya harus bertanya postcard alih-alih kartu pos. Ia kemudian mengantarku ke satu rak putar yang berada di sudut toko.  Di rak itu bertengger kartu pos-kartu pos berwarna putih, bergambar alam Indonesia, dengan signature khas Indone