Skip to main content

Family Time di Museum La Galigo


Rasa-rasanya having fun bareng Etta , sodara, serta ponakan adalah hal yang paling langka yang kami lakukan. Jalan-jalan keluarga bareng etta terakhir waktu ke wisata pantai Galesong. Minus keluarganya kakak Anti. Biaya liburan pun agak mahal. Menyewa kamar hotel ukuran family seharga Rp.800ribu ditambah biaya makan dan lain-lain. Ngumpul bareng yang paling murah ya di rumah, pas lebaran. Tapi bukan jalan-jalan sih. 

Agak susah menemukan tempat hang out keluarga yang murah meriah dan nyaman buat anak-anak. Ya, biasanya kalo mau ngumpul bareng ya, makan di restoran atau ke mal. Kota-kota kurang menyediakan lahan terbuka hijau yang tertata rapi dan nyaman untuk mengajak orang tua dan anak-anak untuk bermain. 

Benteng Rotterdam dan museum La Galigo menjadi oase untuk keluarga berekreasi di tengah gempuran taman permainan anak-anak berbayar dan mal yang konsumtif. Rotterdam memiliki halaman luas dengan rumput-rumput hijau tertata rapi yang menyenangkan buat anak-anak berlarian tanpa takut jatuh dan luka. Halaman yang di kelilingi tembok-tembok benteng memberi rasa aman untuk anak-anak sehingga tidak melintas ke jalan raya. 

Hari minggu lalu, kami sekeluarga jalan-jalan ke Rotterdam. Awalnya sih mau liat pesta jajanan Bango, tapi ternyata acaranya sudah selesai kemarin. Yang kami temui hanyalah rangkaian tenda-tenda yang belum dibereskan dan sampah berserakan. Namun, tidak menyurut keinginan kami untuk mengeksplor Rotterdam. Ternyata Museum La Galigo-nya terbuka. Biaya tiketnya untuk anak 3000 rupiah, orang dewasa 5000 rupiah. Ara, Naufal, dan Farish digratiskan. Di dalam Museum terdapat banyak display. Mulai dari Arca yang ditemukan di Sulawesi Selatan, alat perkebunan, pertanian tradisional, bentuk-bentuk perahu, prosesi adat hingga pakaian dan perlengkapannya. 

Kevin, Khanza, Lutfia, Shirly, Naufal, Ara berlarian sepanjang lorong display. Ribut-ribut. Bagusnya nda ada petugas museum yang memarahi mereka. Hahahaa. Anak-anak itu terpana di depan baju bodo' berlapis tujuh yang dipakai saat ma'katte untuk anak perempuan. Mereka juga memperhatikan jenis-jenis perahu yang ada di Sulawesi Selatan. Khanza sangat suka memandang lukisan phinisi yang sangat besar di bagian display perahu. Katanya mirip di film Frozen (iya juga sih). Sedang Ara ketakutan melihat Arca berbentuk muka. Katanya mirip hantu ( jangan-jangan memang ada hantu). 

Baru kali ini saya masuk di museum La galigo. Sedikit banyak mengingatkan saya pada museum gajah, bedanya di museum gajah displaynya lebih banyak. Kalo diberi musik instrumen kacapi atau lagu tradisional bugis makassar mungkin lebih asyik lagi. Sudut anak-anak yang menyediakan mainan puzzle dan ma'gulaceng serta ma'danda cukup bagus meski permainannya sangat sedikit. Bagian ini yang paling anak-anak itu sukai. Karena mereka main danda'. Etta pun mempraktekkan keahlian ma'dandanya. Hahahaha. 

Di gedung D terdapat Display tentang kepercayaan dan keyakinan di Sulawesi. Di Mulai dari cerita turunnya To Manurung hingga lahirnya La Galigo. Di lantai dua terdapat display agama Islam. Tapi karena terlalu capek, kami tidak lagi menjelajah sampai lantai atas. So far, museum La Galigo bisa jadi alternatif rekreasi edukasi untuk anak-anak di Makassar.  Hanya saja mungkin perlu ada guide yang bisa menjelaskan lebih jauh tentang barang-barang pajangan. Saran buat  pengelola museum adalah membuka  tenaga sukarelawan dari mahasiswa untuk menjadi guide tentang sejarah Sulawesi. 

Di akhir jalan-jalan kami sempat berfoto dengan bule. Sayangnya lupa tanya nama dan asal negaranya. Tapi anak-anak pada suka kalo foto sama bule. Lol. Jarang liat soal na. Matahari bersinar terlalu terik, sehingga untuk nongkrong di atas benteng sambil liat lalu lalang mobil dan laut Makassar terpaksa diurungkan. Kali lain sajalah. Setidaknya hari ini kita sudah bersenang-senang tanpa perlu biaya banyak. Hore!!!!!

Bone, 26 Mei 2014

Comments

  1. Hi.. Salam kenal ka dwi, saya selalu suka dengan tulisa kk (yang penuh semangat), jadi kepingin belajar blogging sama ka dwi dan suami ^_^, klo ke jakarta kabar-kabari ka, saya siap bersedia nemenin dan traktir ka dwi dan si cantik ara keliling museum di jakarta. (*_^)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling

Speedy Sembuh...Yipppiii!!!!

Akhirnya setelah hampir seminggu tidak pernah online lewat laptop, saya bisa melakukannya sekarang. Jaringan speedyku sudah bagus dan laptop yang bisa dipakai sudah ada. Bagaimana hidup tanpa internet? Hihihiihi, jika tidak bisa mengaksesnya lewat handphone, terutama facebook, maka hampalah duniaku.  Teknologi benar-benar telah membuat saya ketergantungan. Tak bisa hidup tanpanya. Andai tak ada teknologi, mungkin hidup tidaklah begitu galau. Yang jauh tetaplah jauh dan yang dekat tetaplah dekat. Imaginary prince tetaplah menjadi imaginary prince tanpa perlu ia turun ke bumi untuk menjadi pada syata. Tak perlu merasa kehilangan sesuatu yang tak pernah dimiliki. Dunia tak perlulah menjadi absurd. Dan nyata, maya, dan khayalan punya garis batas jelas di semesta. Internet telah menjadi bagian tak terpisahkan. Ia seperti sandang, pangan, papan, dan internet. Ia menjadi primer. Tak lagi sekunder atau tersier. Apalagi barang mewah. Dan inilah aku ketika bertemu kembali dengan internet. Hat

Kesatria Putih dan Peri Biru

Di sebuah zaman, di negeri antah berantah tersebutlah sebuah kerajaan bernama Koin Emas. Di kerajaan ini semua rakyat rajin bekerja dan pandai menabung. Setiap koin yang dihasilkan dari bekerja setiap harinya disisihkan untuk ditabung untuk masa depan. Sang raja memiliki tempat penyimpanan khusus untuk setiap koin yang disisihkan rakyatnya. Namun terdapat satu koin pusaka yang telah turun temurun diwariskan oleh raja-raja terdahulu. Koin itu diyakini drachma asli dari Dewa yang diturunkan khusus dari langit dan diwariskan untuk menjaga kesejahteraan kerajaan Koin Emas. Koin pusaka tersebut menjadi pelindung kerajaan Koin Emas. Jika koin itu hilang diramalkan kesejahteraan di kerajaan Koin Emas akan berubah menjadi kesengsaraan. Koin itu pun dinilai memiliki khasiat mampu member kekuatan dan kekuasaan bagi yang memilikinya. Raja begitu menjaga pusaka tersebut. Ia takut jika koin pusaka itu hilang atau dicuri. Hingga suatu hari kedamaian di kerajaan itu terganggu. Seekor Naga Merah m