Skip to main content

Single Mother, Double Fighter


Judul : Single Mother, Double Fighter
Penulis : Skylasthtar Maryam
Penerbit : Gradient Mediatama
Harga : Rp. 37.500

Single Mother Double Fighter bercerita akan pengalaman orang tua tunggal yang adalah penulis sendiri dalam membesarkan anak semata wayangnya, Salwa, tujuh tahun.

Jangan pikir buku ini penuh petuah orang tua terhadap anaknya. Karena yang akan kamu temukan adalah percakapan-percakapan aneh bin ajaib antara anak dan ibunya. Percakapan-percakapan yang kadang tidak pernah orang dewasa bayangkan akan dikatakan oleh anak-anak. 

Buku ini dibagi dalam beberapa sub tema. Percakapan absurd, pertanyaan soal agama, pertanyaan tentang reproduksi, hingga percakapan ala-ala orang dewasa 
yang dilakukan oleh anak-anak. Dialog antara ibu dan anak ini lucu dan menggemaskan. Ringan dan tidak terlalu panjang. Bisa diselesaikan sekali duduk saja. 

Sebagai seorang ibu, saya seperti mendapat gambaran akan menemukan pengalaman seperti apa ketika anak saya kelak berusia 7 tahun dan mulai banyak tanya, cerewet, dan kritis. Yang pasti saya harus mempersiapkan diri untuk saat  itu. Emosi dan jiwa harus terkontrol.

Buku ini menghibur dan memberi makna. Salut buat sang penulis bisa menjadi single parent, tetap menulis, serta mendidik anak. Buku ini saya beri rating 4. 

Selamat membaca. (*)

Bone, 7 Maret 2014

Comments

  1. hehehe, anak2 usia seperti Salwa memang sedang hobi bertanya ya, adekku yang lebih usianya dari itu juga masih suka nanya2. kadang pertanyaannya malah dia jawab sendiri saking semangatnya -_- mungkin cuma butuh ditemani dan diarahkan, jd rasa penasarannya bisa ke hal2 positif.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan ...