Skip to main content

All I Want is Bobaair Carrier

sumber : http://www.simmworksfamily.com

Jika ada barang keperluan bayi yang paling ingin saya miliki sekarang, tidak lain tidak bukan adalah Bobaair carrier 3G. 3G? Ini semacam teknologi 3g gitu ya? Hmmm...i have no idea. Namanya emang pake embel 3G. Boba carrier ini sangat ringan dibawa kemana-mana. Beratnya cuma 317 gram. Bisa dilipat-lipat. Menyusui bayi pun sangat mudah.

Kenapa saya sangat ingin membelinya? Karena Ara kalo digendong mulai rewel longok kanan kiri. Beratnya pun sudah 11 kilogram lebih. Lenganku membutuhkan bantuan untuk menggendongnya. Di sini dia sering kuajak jalan-jalan dengan stroller, tapi ada saat dia merengek untuk digendong. Apalagi ketika cuaca begitu dingin. Menggendongnya akan membuatnya lebih hangat. Ba

Seingatku baru kali ini saya barang keperluan bayi hingga menatapnya berkali-kali di internet. Mencarinya disitus-situs jual beli. Dulunya saya selalu berpikir untuk membelikan barang seperlunya saja. Bahkan mainan sekalipun saya agak pelit membeli.

Entah kenapa Bobaair ini menari-nari diujung mata saya. Merayu saya membeli lewat situs belanja online. Too bad harganya sangat mahal. 65 USD. Kalo dirupiahkan jadinya 650ribu. Tapi untuk standar orang amerika harga itu lumayan murah. Beberapa baby carrier bahkan mematok harga 120-165 USD.

Sejauh ini saya cukup terhibur dengan memandang gambar-gambarnya di amazon dan ebay dan menonton videonya di youtube. Saya berharap ada keajaiban diskon gede-gedean di Amazon supaya saya bisa membeli Bobaair ini. (*)

Comments

  1. Segitu sebenernya murah dwi, soalnya kalo dijakarta harganya sekitar sejutaan, tapi kayaknya ga kepake lama juga deh soalnya bentar lagi ara pasti lebih seneng lari daripada digendong kecuali kalo mau sekalian investasi buat anak kedua,ketiga dst hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahahaha...masih mempertimbangkan buat beli. Suami ngasih muka cemberut pas ajuin proposal.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pada Sebuah Beranda

Siapa yang tak mengenal bondan winarno. Presenter pembawa acara kuliner di televisi. Mempopulerkan istilah “Mak Nyus” untuk tiap komentar enak tentang makanan yang dimakannya. Tapi hanya sedikit yang tahu bahwa ia adalah seorang wartawan senior yang telah malang melintang di dunia jurnalisitik. Memiliki segudang pengalaman liputan. Bahkan pernah membuat salah satu laporan investigasi yang mengungkap sebuah kasus. Namun tak hanya sisi jurnalistik, Bondan Winarno pun seorang penulis sastra yang cukup ciamik. Beberapa waktu lalu seorang teman mengirimkan fotokopian kumpulan cerpen Bondan Winarno yang berjudul “Pada Sebuah Beranda”. Buku ini sudah lama aku cari di toko-toko buku. Namun tak kunjung aku temukan. Hingga seorang teman berbaik hati mengirimkan fotokopiannya yang bersumber di perpustakaan kotanya. Ada 25 cerpen yang dimuat dalam buku tersebut. Pada Sebuah Beranda ini diterbitkan oleh Bondan Winarno sebagai kado ulang tahun untuk dirinya sendiri yang dalam istilahnya “Celebrat

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar