Skip to main content

Ketika Salju Kembali Turun

Salju kembali turun. Saya senang jika salju turun. Itu berarti saya bisa main-main salju lagi. Setiap kali salju maka ribuan khayalan yang ingin saya lakukan di benakku. Dulu saya belum sempat membuat boneka salju. Frosty selalu menjadi mainan yang asyik ketika musim salju seperti yang saya lihat di televisi. Dan kemudian saya ingin membuat Snow Angel. Berbaring di salju dan kemudian menggerak-gerakkan kaki dan tangan sehingga membuat saljunya membentuk malaikat lengkap dengan sayap.
Snow Bird bikinanku

Karenanya ketika salju kembali turun saya tidak lagi berniat narsis dengan foto-foto biasa di tengah salju. Saya mau buat Snowman dan membuat cetakan snow angel. Kali ini kaos tangan khusus salju menjadi senjata lengkap. Saya tidak ingin membuat tangan saya beku sebelum membuat boneka salju. Atau at least menyerupai boneka salju. Sebelum ke Athens, Ema sempat memberiku syal rajutannya. Kujanjikan padanya akan kukalungkan manusia salju yang kelak saya buat. Dan akhirnya saya memenuhi janji itu. Saya berhasil membuat manusia salju. Pendek sih. Nda terlalu bagus. Susah buatnya. Butiran salju terlalu lembut untuk membuatnya utuh menjadi satu bola besar. Dengan kartu kerucut bekas tempat permen yang saya simpan sewaktu lebaran kemarin sebagai hidung, bunga-bunga kering untuk matanya, dan ranting untuk kedua tangannya manusia salju lebih mirip burung (kata suami saya) daripada snowman.
Snow Angel

Selanjutnya obsesi kedua. Membuat Snow Angel. Ini butuh tekad kuat untuk tidak malu. Soalnya harus berbaring di atas salju. Untungnya riverpark masih sepi karena musim liburan. Bebaring merasakan dingin salju dan kemudian menggerak-gerakkan tangan dan kaki. Kemudian ikut membaringkan Ara di atas salju. Karena bajunya dinginnya terlalu gede, Ara cuma baring dan nda bergerak-gerak. Juga tidak bisa bangun. Dia dengan muka bingung menerawang melihat langit.Sorry baby :D.
Brrrr....dingin

Mbak Arin ngajak main luncur-luncur salju. Lengkap dengan papannya kami memilih jalan bike track yang agak tinggi meluncur ke sungai. Untungnya pas dekat sungai agak datar, sehingga nda terus ke sungai. Menyenangkan ternyata main luncur-luncur itu. Pantas orang besar pun memainkan permainan ini. Hanya Ara yang beranggapan main luncur-luncur ini tidak menyenangkan. Ia menangis saat naik di papan luncuran dan menangis lebih keras lagi saat meluncur dan berhenti miring di tengah tumpukan salju yang basah.
Main luncur-luncur :D


Obsesi berikutnya mungkin menadah salju dan kemudian menuangkan sirup DHT di atasnya. Sayangnya saya hanya punya sirup Marjan dan salju belum turun lagi. Hmmm...Salju yang menyenangkan adalah saat belum tersentuh tangan manusia yang membuat warna dan bentuknya tidak lagi indah. Salju itu tiba-tiba mengingatkan saat membantu mama menyaring tepung terigu. Tepung yang jatuh dari saringan dan membentuk gundukan putih halus, seperti itulah salju yang memupuri Athens. (*)

Comments

  1. Naaaah.. Bisa comment.. Tapi kalo dari web kok ga keliatan ya tombol add comment ini, keliatannya pas buka dari ipad >_<

    enihooo.. Asiknya masih bisa main saljuuuu.. Disini udah hilsng saljunya dari sesudah matal. Sedih banget deh. Belum puas rasanya foto2 di salju, eh udah keburu ngabur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukurlah sudah bisa dikomen. Salju itu nyenengin ternyata y :D

      Delete
  2. ga pernah berhasil bikin snowman ukuran besar, cuma berhasil bikin yg ukuran 30cm.. hihihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga Kak Alin.heheheheehe

      Delete
  3. waaaaah Dwi, saya hanya bisa bermimpi melihat cita-cita kamu bermain salju tercapai. Si kakek tua ini mungkin akan membawa mimpinya hingga ke liang kubur

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ara Belajar Ngomong

Serius Nulis Ara mulai suka ngoceh. Ada saja suara keluar dari mulutnya. Kadang jelas kadang juga tidak. Beberapa berhasil saya terjemahkan maksudnya. Beberapa mengalami missunderstand berujung pada rengekan atau aksi menarik tangan. Selain nonton lagu anak-anak, beberapa film anak-anak yang menurut saya cukup edukatif menjadi pilihan tontonannya. Saya memutarkan film Blue's Clues, Super Why, hingga Pocoyo. Serial Blue's Clues sudah kami tonton semua. Mulai dari sang pemilik Blue bernama Steve hingga beralih ke Joe adiknya di serial itu. Yang paling nyantol di kepalanya Ara adalah kata "think" sambil telunjuk memegang dahi. Itulah kata pertama yang ia ucapkan secara jelas setelah kata Mama dan Ayah. Entah kenapa kata ini yang melekat di kepalanya. Mungkin karena si Steve sangat aktraktif menyanyikan lagu jingle Blue's Clues terlebih dibagian "Sit down in thinking chair. Think, think, think". Ara juga suka bagian ketika surat datang. Dia akan i...

Kamu 9 Bulan dan Kita "Bertengkar"

Kamu 9 bulan. Apa yang kamu bisa? Merayap dengan gesit. Berguling-guling ke sana kemari. Duduk sendiri sekehendakmu. Tempat tidur telah kita preteli. Yang bersisa hanyalah kasur alas tidur kita yang melekat di lantai. Agar kamu bebas berguling dan merayap tanpa perlu khawatir gaya tarik bumi menarikmu. Hobiku adalah membiarkanmu bermain di lantai. Dari kasur turun ke ubin dingin. Sesekali memakai tikar, tapi akhir-akhir ini aku malas melakukannya. Lagian daya jangkaumu lebih luas dari tikar 2 x 2 meter. Kamu masuk hingga ke kolong meja. Tak tahu mencari apa. Tak jarang kamu membenturkan kepalamu. Di ubin atau dimana saja. Kubiarkan. Ukuranku adalah jika tidak membuatmu menangis artinya kamu tidak merasa sakit. Sakit itu ditentukan oleh diri sendiri. Saya hanya tak ingin memanjakanmu dengan mengasihimu untuk sebuah sakit yang bisa kamu hadapi sendiri. Mama keras padamu? Bisa jadi. Kamu mulai banyak keinginan. Mulai memperjuangkan egomu. Menangis jika Khanza merebut mainan dari tanganmu....

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...