Skip to main content

Jakarta Jakarta

Tak ada niat liburan sebenarnya. Apalagi mengunjungi ibukota yang semrawut. Beberapa bulan tinggal di sana tahun lalu cukup membuatku menganggap Jakarta bukanlah tempat yang nyaman. Lot berpergian tahun ini cukup banyak. Pulang balik makassar Baubau sambil membawa Ara cukup melelahkan. Entah kenapa saat punya anak baru kepikiran untuk jalan-jalan. Dan datanglah tawaran itu. Kakak Ipah yang tidak punya teman untuk ke Jakarta nonton konser Backstreet Boys dan suami yang begitu baik memberikan tiket pulang pergi Jakarta Makassar. Dan jadilah saya dan Ara menemani kakak Ipah ke Jakarta. Jauh-jauh hari tiket sudah dibooking. Sejak februari dengan keberangkatan akhir Mei. Yang menyenangkan jalan-jalan bersama kakak Ipah adalah semua akomodasi ditanggung. Tapi yang harus dipastikan adalah bahwa ia benar-benar datang ke bandara dan ikut dalam perjalanan. Sekalipun tiket pesawat, tiket konser, dan hotel sudah dibooking segala hal bisa dibatalkan kalo moodnya tidak enak. Makanya jika jalan-jalan bersamanya perlu memastikan bahwa ia ikut rombongan. Dan saya berhasil meyakinkan dirinya datang ke Makassar dan ada di bandara. Segala kalimat bijak diucapkan. Pamungkasnya adalah jika perjalanan ini batal maka ada dua mimpi yang tidak terwujud, jalan-jalan dan bertemu Backstreet Boys.

Akhir Mei kami pun menginjakkan kaki di Bandara Soekarno Hatta. Saya lantas mengingat judul buku trinity "Dua Hippo tersesat di Bizantium". Kalo kami cocoknya dua saudara tersesat di Jakarta. Aneh juga jika sampai tersesat di Jakarta. Bahasa yang dipakai sama, mata uang pun sama. Untungnya banyak teman yang dengan baik hati menjemput, menemani, dan mengantar di Jakarta. Melakukan perjalanan sendirian berarti harus mengandalkan diri sendiri. Dan perjalanan kali ini meski tidak sendirian tapi saya pun harus peka. Secara kakak Ipah tidak pernah ke Jakarta dan dia mengandalkan saya. Pertama kali datang ke Jakarta kupikir kota ini cukup rumit dipahami. Tapi pada akhirnya saya mulai sedikit paham. Terlebih rutenya. Busway selalu menjadi sarana transportasi yang menyenangkan dan sangat membantu kemana-mana.

Kami menginap di Amaris Mangga dua square. Rute yang biasa saya lalui dulu bersama Kak Yusran. Samping Mangga dua adalah ITC Mangga Dua. Tempat yang menyadarkanku bahwa kartu kreditku terblokir dan tidak jadi beli kamera. Tempat itu cukup lekat diingatan.Hotelnya cukup strategis. Dekat ke Ancol untuk ke Dufan dan Meis tempat konser NKOTBSB. Dekat pula ke kawasan kota tua Jakarta. Kalo malam sisa nongkrong di Mall Mangga dua square. Hotel bersampingan dengan Mall memang cukup strategis dan menguras banyak uang. Dan bisnis seperti ini mulai dilirik oleh Mall-Mall di Makassar.


Dari Kota Tua Hingga Monas

Karena hotel berdekatan dengan kota tua Jakarta maka iseng-iseng saya mengajak kakak Ipah ke sana. Naik bemo. Di Makassar mana ada Bemo. Turun di stasiun kota, liat kereta api. Terus jalan-jalan ke kawasan kota tua. Tak ada yang istimewa di sini. Dan kami tidak hilang:D.wkwkwkwkwk. Yang iseng adalah ketika kakak Ipah mengajak melihat Monas. Dari stasiun kota ke Monas hanya sekali jalur busway. Tapi menaiki busway tidak seperti naik pete-pete yang jika tidak turun akan kembali ke jalur semula. Ke Monas gampang, tapi pulangnya itu pasti susah. Karena harus transit di halte busway dukuh atas dan matraman (ini hasil dari download transjakarta for blackberry). Dan sore adalah waktu yang cukup sibuk untuk jalur busway.

Tapi karena kakak Ipah ngotot maka diturutilah maunya. Nanti saya diusir dari kamar kan kasian. Katanya nda sah ke Jakarta kalo nda liat Monas. Jadilah kami berbusway ria ke Monas. Turun di halte monas dan harus berjalan cukup jauh untuk dapat jalan masuknya. Kupikir pas turun halte sudah dapat Monas, eh ternyata harus mutar. Ara bahkan tidak lagi meminta ASI. Ia tertidur kelelahan. Sampai sore di Monas dan takut bakal kemalaman jika naik busway dengan pertimbangan jam pulang kantor maka kami memilih untuk naik taxi. Eh, ternyata jalanan nda padat-padat amat. Taxi meluncur mulus di atas aspal dari Monas ke Mangga Dua. Dan yang pasti tarifnya tidak semahal seperti tarif-tarif taxi di Makassar. Hmmm...asal naik taxi tarif bawah. Jangan burung biru.


Seaworld dan Dufan

Bagaimana Ara menikmati perjalanan ke Jakarta? Saya tidak pernah tahu bagaimana titik kesenangan dan kepuasannya Ara. Yang kutahu adalah selama dia bersamaku dia tidak pernah keberatan diajak kemanapun. Ke Seaworld melihat ikan duyung yang ternyata dari pulau Buton. Ara jauh-jauh ke Jakarta ujung-ujungnya bertemu ikan sekampung. Ke Dufan naik gajah bludeg. Ekspresinya biasa saja, giliran saya yang pusing naik wahana yang mutar-mutar. Tapi ia takut menyaksikan wahana Histeria dan Tornado. Tidak sampai menangis hanya saja dia memalingkan muka ketika wahana itu dimainkan. Kupikir yang paling Ara nikmati adalah tidur di hotel dan mandi di wastfel. Tidur adalah titik kepuasannya dengan kasur empuk, kamar sejuk,dan tidak bising. Dan saat mandi adalah saat bermain-main air. Sampai pulang ia selalu suka berendam di air dan bermain-main botol sabun.


Entah Kenapa Belum Ingin Bertemu

Saya menyukai Backstreet Boys. Besar dengan lagu-lagunya. Kakak Ipah punya dua lembar tiket konser. Entah kenapa saya tidak tertarik untuk ikut nonton. Mungkin karena Ara. Kalo pergi nonton siapa yang jaga dia. Tapi bukan juga karena itu. Ada yang belum klik untuk menemui pria-pria itu. Adrenalinku belum terpacu untuk menemui mereka. Mungkin belum saatnya. Mungkin suatu saat nanti. Entah dimana. Tapi saya selalu yakin, jika kelak saya akan menemuinya. Pada kondisi yang tak terduga.

Saat itu adrenalinku hanya terpacu untuk menemui kawan. Kawan yang telah aku niatkan akan kutemui ketika tiba di Jakarta. (*)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

  1. Ke Jakarta paling enak berburu kain, peralatan craf, buku (baik baru maupun bekas), juga berbelanja baju ^^ Selebihnya lebih baik tinggal di Makassar saja >.<

    Taksi ekspres paling klik di hati dan kantong :p

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Alas Kaki Nyaman, Hati Senang

  sumber foto : Facebook Be.Bob Kata seorang teman memilih alas kaki   sama seperti memilih pasangan hidup,   harus cari yang nyaman. Alas kaki nyaman buat saya adalah sandal jepit, tapi tidak semua kondisi pas dengan sandal jepit.. Saat kuliah saya pun dituntut memakai sepatu. Berhubungan karena ngekost maka alas kaki hendaknya memiliki syarat murah, kuat, dan tahan lama serta pas untuk model casual , feminine , atau sporty . Pilihan saya jatuh pada flat shoes . Karena kostku lumayan dekat dengan kampus, saya cukup jalan kaki. Sepatu yang saya kenakan harus bercumbu dengan berdebu dan beladus karena sinar matahari. Paling menyedihkan ketika musim hujan dan air menggenang, saya mengakalinya dengan jalan kaki menggunakan sandal jepit dan memakai sepatu saat tiba di kampus. Tak jarang saya harus menanggung malu karena persoalan alas kaki.  Pernah sekali saya diusir saat mengenakan sepatu sandal di perkuliahan yang dosennya mengharuskan menggunakan...

Asyiknya Berkirim Kartu Pos

Kartu pos untuk teman-teman di Indonesia. Beberapa minggu ini saya lagi senang-senangnya berkirim kartu pos. Membeli kartu pos di court street. Menuliskan nama dan alamat yang akan dikirimkan. Menuliskan pesan yang akan disampaikan. Dan membawanya ke kantor pos dan memposkannya. Prosesnya itu begitu menyenangkan buatku. Terlebih lagi ketika orang yang saya kirimi kartu pos mengabarkan kalo kartu posnya sudah sampai, rasanya seperti mission completed deh. Selain mengirimkan kartu pos ke teman-teman di Indonesia, saya juga bergabung di Postcrossing . Sebuah web yang menyatukan para penggemar kartu pos seluruh dunia. Saya menemukan web Postcrossing ini tak sengaja ketika sedang mencari informasi berapa harga prangko untuk kartu pos luar negeri. Caranya gampang, daftar di webnya, kemudian kamu akan menerima 5 alamat yang harus kamu kirimi kartu pos. Saat pertama join kamu harus mengirim kartu pos. Ketika kartu pos itu diterima, maka alamat kamu akan disugesti untuk dikirimi kartu po...

Ketika Salju Kembali Turun

Salju kembali turun. Saya senang jika salju turun. Itu berarti saya bisa main-main salju lagi. Setiap kali salju maka ribuan khayalan yang ingin saya lakukan di benakku. Dulu saya belum sempat membuat boneka salju. Frosty selalu menjadi mainan yang asyik ketika musim salju seperti yang saya lihat di televisi. Dan kemudian saya ingin membuat Snow Angel. Berbaring di salju dan kemudian menggerak-gerakkan kaki dan tangan sehingga membuat saljunya membentuk malaikat lengkap dengan sayap. Snow Bird bikinanku Karenanya ketika salju kembali turun saya tidak lagi berniat narsis dengan foto-foto biasa di tengah salju. Saya mau buat Snowman dan membuat cetakan snow angel. Kali ini kaos tangan khusus salju menjadi senjata lengkap. Saya tidak ingin membuat tangan saya beku sebelum membuat boneka salju. Atau at least menyerupai boneka salju. Sebelum ke Athens, Ema sempat memberiku syal rajutannya. Kujanjikan padanya akan kukalungkan manusia salju yang kelak saya buat. Dan akhirnya saya memenu...