Skip to main content

Bertemu Denganmu

Menahun tak pernah menemuimu. Aku dan kamu selalu membuat janji untuk bertemu. Sekali pernah di masa silam kita bersua. Berkarib dan menjadi dekat. Sekali yang cukup mengeratkan ikatan. Waktu tak membuat kita berhenti di sana. Bergerak dan membentuk keterpisahan. Waktu adalah rentan terjauh melebihi batas geografis yang membentang. Aku dan kamu terpisah. Dan waktu bergerak pada zona kita masing-masing. Kuliah, belajar, dan segala tetek bengek yang membuat kita tak sempat bertemu. Menahun. Hingga pertemuan itu akhirnya ditepati.

Aku akan datang, kataku. Mau dibawakan oleh-oleh apa? Bawa hatimu saja, katamu.

Hatiku? Seketika ada ruang kosong saat itu juga. Keselami kedalaman hatiku. Apakah waktu tak merubah banyak hal disana? Aku sangsi. Menahun hingga kita bersua. Seberapa banyak detik yang kita bagi bersama. Hati adalah benda paling ajaib yang kita punya. Kita tak pernah tahu seberapa berubah dia hingga kita menyadarinya. Waktu mengubahnya.

Kucoba membawa hati yang sama. Tapi aku tak yakin akankah sama buatmu? Kita bertemu dan semua memang telah berubah. Kita bertumbuh dan menjadi dewasa. Berbicara banyak hal. Hanya saja kita tak pernah menyinggung tentang rasa. Kupikir kita telah begitu bijak menjaga itu.

Dan itu adalah kali kedua kita bertemu. Berharap bertemu untuk kali ketiga dan seterusnya dimasa datang. Tapi sekali lagi ketika kesempatan itu datang, waktu yang bergerak disekeliling kita tak menyetujui sebuah pertemuan. Hingga aku mendapati sebuah pesan darimu pagi ini. Sebuah pesan serupa selamat tinggal. Pesan yang mengingatkan bahwa waktu mungkin tak bisa lagi kita nikmati bersama. Dan mungkin tak adalagi pertemuan ketiga dan seterusnya...

Seketika aku kembali mengingat satu kalimat dibuku Dee. Kalimat yang juga melintas dibenakku ketika kita akan bersua.
"Satu menggenapkan,dua melenyapkan"

Kita telah memiliki dua, apakah kita akan segera lenyap berdenyar? (*)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular posts from this blog

Dongeng Kita

Siang ini aku terjaga dari tidur panjangku. Seperti seorang putri tidur yang terbangun ketika bibirnya merasakan hangat bibir sang pangeran. Tapi, aku terjaga bukan karena kecupan. Namun karena aku merasakan indah cintamu di hariku. Mataku tiba-tiba basah. Aku mencari sebab tentang itu. Namun yang kudapati haru akan hadirnya dirimu. Memang bukan dalam realitas, namun pada cinta yang telah menyatu dengan emosi. Kita telah lama tak bersua. Mimpi dan khayal telah menemani keseharianku. Tiap saat ketika aku ingin tertidur lagu nina bobo tidak mampu membuatku terlelap. Hanya bayangmu yang selalu ada diujung memoriku kala kuingin terlelap. Menciptakan imaji-imaji tentangmu. Kadang indah, kadang liar, kadang tak berbentuk. Tapi aku yakin ia adalah dirimu. Menciptakan banyak kisah cinta yang kita lakoni bersama. Aku jadi sang putri dan dirimu sang pangeran itu. Suatu imaji yang indah...

The Faith (Korean Drama Series)

The Faith Dua mingguan ini saya termangu depan laptop menonton drama korea. Meski di Amerika tetap bisa nonton serial korea. Bedanya kalo di Indonesia perlu berburu bajakannya di sini saya cukup nonton online. Awalnya sih mau download, tapi tak ada download gratisan makanya saya cukup menontonnya via online saja. Saya bukan korean lover banget banget banget. Nonton film korea pun ada syaratnya. Cowoknya harus cakep. Dan standar cakepku sekarang adalah Lee Min Ho. Jadi bisa kamu tebak aktor utama The Faith tak lain dan tak bukan adalah Lee Min Ho. Saya sedikit agak telat mengikuti serial ini. Karena bulan agustus di Makassar DVD bajakannnya sudah bisa ditemukan di lapak-lapak MTC. Saya baru tahu serial The Faith pas liat foto-foto di fanpage Lee Min Ho. Setelah search di google ternyata bisa ditonton lewat online. The Faith atau The Great Doctor bercerita tentang korea di masa lalu yang dikenal dengan nama Dinasti Goryeo. Ratu menderita luka setelah lehernya terkena pedang ketik...

Kartu-Kartu Untuk Ayah

Karena Ayah ulang tahun dan seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, saya selalu mengajak Ara membuat kartu ucapan untuk ayahnya, maka tahun ini pun saya dan Ara membuat beberapa hasta karya.  Beberapa waktu lalu kami membeli buku kreasi untuk ayah. Di dalam buku itu terdapat banyak hasta karya berbahan kertas yang bisa dibuat. Saya memilih membuat bunga-bunga kertas. Ara memilih membuat kartu berbentuk dasi dan kaos. Buku ini disertai banyak stiker yang bisa dipakai untuk mendekorasi kartu ucapan.  Saya membuat pola, Ara menempel stiker dan menuliskan ucapannya. Ia juga menggambari kartunya. Membantu mewarnai meski pada akhirnya saya yang harus menyelesaikannya.  Ada yang baru untuk kartu ulang tahun ayah tahun ini. Jika dulunya saya yang selalu menulis kalimat "Selamat Ulang Tahun" atau semacamnya, tahun ini Ara, dengan tulisan tangannya sendiri, berhasil menulis kata Happy Birthday. Ayah. Dan namanya sendiri. Masih nyontek hurufnya sih, tapi at least kali ini dengan tul...