Skip to main content

Dear Ara Yang Berusia 6 Tahun


Selamat ulang tahun Ara sayang. Hari ini kamu lagi senang nonton Toya, The Little Bus. Kamu mengalihkan perhatianmu dari video review game di youtube. Minecraft, Roblox, you name it. Seperti kamu mengalihkan perhatianmu dari permintaan sepeda baru, pesta ulang tahun, pinata.
,
 Saat kamu bangun pagi tadi, kusapa dirimu dengan ucapan ulang tahun. 
'Mana kadonya?", tanyamu. 
"Aku kan ulang tahun juga. Aku dapat kado juga kan", jawabku.
 Kamu terdiam lalu tertawa. Kamu lantas mengemukakan sebuah solusi.
"Gimana kalo kadonya kita saling peluk?", tanyamu. Dan kita pun berpelukan. 

Kamu masih TK tahun ini. Meski banyak anak seusiamu telah di sekolahkan di SD. Ada beberapa alasan mengapa saya memutuskan kamu belum lanjut sekolah dasar. Tapi alasan paling utama adalah agar saya masih bisa membawa jalan-jalan tanpa khawatir bolos sekolah. Seperti libur pulang kampung kita atau seperti perjalanan ke Bandung kemarin.

 Perjalanan-perjalanan itu mendewasakanmu. Kamu dengan segala pengertianmu dan juga bantuan-bantuan kecilmu. Kamu mulai bertanggung jawab. Meski tak jarang kamu ngambek atau kita berselisih paham. Tapi perlahan kamu belajar mengerti dan memahami. I see a grown up girl in you

Tak butuh waktu lama lagi kamu tidak akan lagi menyukai little pony tapi boyband korea. Mengganti mainan karaktermu dengan gawaimu sendiri. Mengisi blogmu atau mengedit video youtubemu. Bahkan mungkin bercerita tentang teman kisah cinta dan juga persahabatanmu. Semua hanyalah tentang waktu hingga kita ada di titik itu. Tapi buatku kamu tetaplah anak gadis kecil mama yang selalu aku sayang. 

Selamat ulang tahun, Ara. I love you as always.

Bogor,  2 Agustus 2017 

Comments

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem...

idealis vs pragmatis

ruang kuliah fis 3.115 entahlah...seperti berdebat kusir rasanya. tentang rating air mata dengan kreddibiltas wartawan. pengeksplotasian kemiskinan, penjualan airmata untuk memperoleh rating tinggi. yang katanya sebuah perpanjangan mata untuk melihat kemiskinan di sekitar kita. di satu sisi aku melihat, apakah dengan menjual airmata di media kemudian kita baru sadar bahwa ada kemiskinan di sekitar kita. apakah harus melewati media kemudian kita sadar bahwa ada orang yang kelaparan di sebelah rumah kita. media adalah merupakan konstruksi dari realitas yang sebenarnya. ia adalah realitas yang kesekian dari apa yang sesungguhnya terjadi. "media tidak menjual air mata. itu membantu kita mengugah apa yang terjadi. membantu kita memberikan informasi bahwa ada yang seperti itu" aku tidak sepakat. mungkin di sisi lain mereka memang memang membantu. memberikan uang lima sampai sepuluh juta merupakan hal yang besar untuk si miskin. tapi, kemudian apa yang di dapat media? tayang itu saa...