Skip to main content

Nuansa Beda di Lebaran Kali Ini



Angka digital di handphoneku menunjuk angka 1.21. Masih juga saya terjaga menunggui rice cookerku selesai mengerjakan tugasnya. Komporku baru saja saya matikan. Di atasnya sebuah wajan panas berisi gulai daging buatanku sendiri. Sayup-sayup mesjid di sekitar rumah mengumandangkan takbir. Suara petasan bersahut-sahutan. 

Inilah ldul Fitri pertamaku jauh dari Bengo. 26 tahun saya melewatkan 1 syawal di rumah Etta. Tiap tahun selama mamaku hidup, ritual memasak makanan istimewa selalu ia lakukan di malam lebaran. Sampai larut malam. Dialah yang paling terakhir tidur hanya untuk memastikan besok pagi kami merayakan lebaran dengan makanan enak. Tradisi itu masih ada kami laksanakan di rumah. Tapi saya selalu kebagian cicip-cicip. Paling hebat yang saya lakukan adalah membungkus buras. Itu saja.

Lebaran kali ini saya harus memasak makanan sendiri. Jika tidak mengandalkan diri sendiri, saya yakin saya, suami, dan anak hanya akan memakan mie instan sebelum sholat ied. Maka, dengan penuh cinta saya membuat gulai daging. Tidak ada masakan ayam lebaran kali ini, anggaplah masak ayam terlalu mainstream. Hanya saja yang kurang adalah tidak ada buras. Dua hari lalu saya ingin membeli pembungkus ketupat di Pasar Minggu, sayangnya saya tidak menemukan penjual kulit ketupat. Andai saja buras sudah ada ekstraknya. 

Ramadhan dan lebaran tahun ini kami lalui dengan nuansa yang berbeda. Inilah pertama kalinya kami melalui Ramadhan hanya bertiga dan jauh dari rumah. Di kostan kecil yang kami sewa, disinilah tiap berbuka dan sahur kami lalui bersama. 

Ini kali pertamanya pula saya berlebaran di kota besar. Riuh kota menyambut takbir, pusat perbelanjaan yang ramai, dan kost-kostan yang sepi ditinggal mudik. Tinggallah kami bertiga dan beberapa penghuni yang tidak kemana-mana karena mungkin tidak merayakan lebaran. 

Tapi, lebaran dimana pun itu tetap harus disambut penuh kegembiraan. Nanti pagi kami akan ke mesjid Kubah Mas, Depok ( kalo bangunnya nda kesiangan). Mesjid megah nan indah. Semoga seluruh alam besok bergembira menyambut idul fitri. 

Maaf lahir batin :)

Depok, 28  Juli 2014

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem...

idealis vs pragmatis

ruang kuliah fis 3.115 entahlah...seperti berdebat kusir rasanya. tentang rating air mata dengan kreddibiltas wartawan. pengeksplotasian kemiskinan, penjualan airmata untuk memperoleh rating tinggi. yang katanya sebuah perpanjangan mata untuk melihat kemiskinan di sekitar kita. di satu sisi aku melihat, apakah dengan menjual airmata di media kemudian kita baru sadar bahwa ada kemiskinan di sekitar kita. apakah harus melewati media kemudian kita sadar bahwa ada orang yang kelaparan di sebelah rumah kita. media adalah merupakan konstruksi dari realitas yang sebenarnya. ia adalah realitas yang kesekian dari apa yang sesungguhnya terjadi. "media tidak menjual air mata. itu membantu kita mengugah apa yang terjadi. membantu kita memberikan informasi bahwa ada yang seperti itu" aku tidak sepakat. mungkin di sisi lain mereka memang memang membantu. memberikan uang lima sampai sepuluh juta merupakan hal yang besar untuk si miskin. tapi, kemudian apa yang di dapat media? tayang itu saa...