Skip to main content

Belajar Persfektif Dari Ara

Ara demam. Setelah seharian main-main di kolam bersama Khanza, tubuhnya tumbang. Semenjak siang ia merengek. Tak biasanya ia rewel saat akan tidur siang dan saat bangun. Tapi sore tadi dia  menangis sejadi-jadinya. Suhu tubuhnya belum hangat, tapi rengekannya seperti alarm akan keadaan tidak nyaman di tubuhnya. 

Ia memilih berbaring seharian. Tidak ingin diganggu. Grumpy saat Kevin atau Khanza mengajaknya bermain-main. Kutemani dirinya yang tertidur pulas dalam pelukanku. Saya berusaha memahaminya. Membiarkan dia tertidur tanpa terganggu. Orang dewasa sekalipun tidak akan nyaman saat sakit. Hal ini pun berlaku pada Ara. 

Suhu tubuhnya mulai hangat jam 8 malam. Ia merengek sambil bilang "ow no". Ungkapan yang selalu ia pake saat sedih. Kuberikan obat penurun panas, yang berhasil ia minum dengan meronta-ronta tanpa dimuntahkan. Ia kembali tidur dengan pulas. Meski badannya masih hangat tapi tidurnya tampak nyenyak. 

Sejam lalu ia kembali harus meminum obat. Rasanya tidak tega membangunkannya. Namun siklus obat mungkin seperti itu. Suhu panasnya mengantarkan ketidaknyamanan yang membuatnya terbangun. Obatnya berhasil tertelan setelah tumpah dua pertiga botol ke lantai gegara Ara yang meronta menolak minum obat.

Tampaknya obat penurun panasnya cukup efektif. Ia tidak lagi menangis. Ia malah asyik nenen sambil mengomentari motif kelambu yang mengeliingi kami. Semalam saya dan ayahnya sibuk mengomentari gambar apa yang menjadi motif kelambu penghalau nyamuk ini. Sejatinya ia adalah gambar bunga mawar kuning dengan tangkai dan gambar hati. Tapi jika dilihat dari sudut lain maka ia seperti makhluk dengan moncong yang maju. Semalam Ara menyebutnya "flower" dan itu benar. Dini hari ini dia menyebutnya "a duck" lengkap dengan bunyi quack quack quack. Tidak salah karena jika gambarnya dilihat sekilas maka memang mirip bebek. Ayahnya sih lebih sepakat kalo itu mirip alien. 

Anyway, Ara menggunakan persfektif dalam menginterpretasi sesuatu. Seperti ketika ia melihat ayam dan dia berkata duck. Atau melihat gambar singa dan berkata "miaw". Ia menemukan kesamaan terhadap sesuatu yang berbeda. Ia melihat sisi lain dari sesuatu yang tidak bisa dikatakan salah karena benar adanya. Kupikir anak kecil lebih dewasa memahami segala sesuatu tanpa perlu memilahnya ke ruang salah dan benar. Karena benar dan salah adalah label yang diberikan saat syarat dan ketentuan telah di cek list. 

Comments

  1. Ara sakit ya? sama niiich di sini musim flu.

    Cepet sembuh ya, Nak...tambah pinter

    Salam
    Astin

    ReplyDelete
  2. Umur brp si Ara nya, Mbak??
    Get well soon yaa Ara...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ara Belajar Ngomong

Serius Nulis Ara mulai suka ngoceh. Ada saja suara keluar dari mulutnya. Kadang jelas kadang juga tidak. Beberapa berhasil saya terjemahkan maksudnya. Beberapa mengalami missunderstand berujung pada rengekan atau aksi menarik tangan. Selain nonton lagu anak-anak, beberapa film anak-anak yang menurut saya cukup edukatif menjadi pilihan tontonannya. Saya memutarkan film Blue's Clues, Super Why, hingga Pocoyo. Serial Blue's Clues sudah kami tonton semua. Mulai dari sang pemilik Blue bernama Steve hingga beralih ke Joe adiknya di serial itu. Yang paling nyantol di kepalanya Ara adalah kata "think" sambil telunjuk memegang dahi. Itulah kata pertama yang ia ucapkan secara jelas setelah kata Mama dan Ayah. Entah kenapa kata ini yang melekat di kepalanya. Mungkin karena si Steve sangat aktraktif menyanyikan lagu jingle Blue's Clues terlebih dibagian "Sit down in thinking chair. Think, think, think". Ara juga suka bagian ketika surat datang. Dia akan i...

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...

Dongeng Kita

Siang ini aku terjaga dari tidur panjangku. Seperti seorang putri tidur yang terbangun ketika bibirnya merasakan hangat bibir sang pangeran. Tapi, aku terjaga bukan karena kecupan. Namun karena aku merasakan indah cintamu di hariku. Mataku tiba-tiba basah. Aku mencari sebab tentang itu. Namun yang kudapati haru akan hadirnya dirimu. Memang bukan dalam realitas, namun pada cinta yang telah menyatu dengan emosi. Kita telah lama tak bersua. Mimpi dan khayal telah menemani keseharianku. Tiap saat ketika aku ingin tertidur lagu nina bobo tidak mampu membuatku terlelap. Hanya bayangmu yang selalu ada diujung memoriku kala kuingin terlelap. Menciptakan imaji-imaji tentangmu. Kadang indah, kadang liar, kadang tak berbentuk. Tapi aku yakin ia adalah dirimu. Menciptakan banyak kisah cinta yang kita lakoni bersama. Aku jadi sang putri dan dirimu sang pangeran itu. Suatu imaji yang indah...