Skip to main content

Ketika aku mengingat mama


Hari ini ramadhan ke-20. kakak ipah berinisiatif untuk membuat kue. Kue khas yang selalu menjadi favorit kami bersaudara. Kue coklat dengan kaca mete. Kami lumayan punya banyak kacang mete. Maklum setiap seseorang dari sulawesi tenggara, oleh-oleh ini yang selalu aku minta. Terakhir aku meminta kacang mete mentah pada debra. Dan kemarin kak yusran pun membawakan 2 kg. (cukup untuk modal awal untuk buat toko kue).

Kue lebaran selalu menjadi tradisi kami sekeluarga. Sejak kecil mama selalu membuat kue kering untuk lebaran. aku selalu menyenangi kuenya, apalagi kue coklatnya. Tapi terkadang mama membuatnya begitu banyak. Bertoples-toples, yang kadang kami tak mampu menghabiskannya hingga lebaran haji. Waktu aku kecil mama selalu membuat kue di ramadhan ke-25. Biasanya dibantu oleh sepupu dan tanteku. namun, ketika aku sudah mulai pandai mencampur semua bahannya, mama tak lagi meminta sepupuku datang jauh-jauh dari pattiro untuk membuatku.
Bertiga kami bersaudara membantu mama membuat kue lebaran. Itu waktu kak anti masih belum kuliah. Namun sejak kak anti dan kak ipah kuliah, otomatis tugas membuatku itu menjadi kewajibanku.

Mama paling tahu kalo aku adalah anaknya yang paling menyenangi mencampur mentega, gula, dengan segala macam bahan kue dan hiasannya.
Karena itu bahkan hingga aku duduk di bangku kuliah dan hidup pisah dengannya, tiap minggu terakhir ramadhan ia selalu menanyakan kapan aku akan pulang dan membuat kue. Dia akan bertanya bahan-bahan apa yang aku butuhkan. Biasanya aku cuek-cuek saja. Terserah, toh kue yang akan dibuat hanyalah kue mentega.

Hari ini, 20 ramadhan. Kami telah membuat kue. Kami takut di akhir ramadhan banyak hal yang harus kami lakukan, semisalnya membuat ayam nasu likku, masakan ini sangat khas untuk lebaran di kampungku. Dan juga membuat burasa, beras yang dimasak dengan santan dan dibungkus dengan daun pisang. Dan untuk kali ini, kami, khususnya aku dan kak ipah haurs belajar untuk membuatnya. 21 moment ramadhan yang kulalui bersama mama, tapi tak juga membuatku sadar untuk belajar memasak darinya.


Kue yang kami buat adalah kue coklat mente. Kue ini jarang kami buat untuk lebaran. Baru akhir-akhir ini. Maklum, kami juga baru sempat belajar pada ibu mertuanya kak ipah. Tapi kue ini pernah aku buat bersama mama. Dulunya mente yang dicincang kasar mama yang sangria. Pernah suatu kali aku yang mengsangrainya, tapi karena tidak sabaran, kacang mete itu tidak benar-benar matang. Mama lagi yang harus turun tangan untuk kembali menggorengnya.


Tapi kali ini, aku sendiri yang melakukannya. Dan tak perlu kawatir, ma. Aku sudah tahu sekarang bagaimana mente itu betul-betul matang. Untuk mencampur semua adonan biasanya mama juga yang harus turun tangan untuk mengaduknya hingga ress. Kekuatan tangannya tak tertandingi oleh kekuatan tangan kami, anaknya.
Saat terkhir aku membuat kue itu bersama mama aku smepat bilang “tidak perlu mixer, ada mama mixer”. Aku tak menyangka itu saat terakhir aku membuat kue bersamanya.

Tadi aku harus membuat kue sendirian. Kevin, ponakanku sedang demam. Jadi sedikit rewel. Kak ipah tentu aja tak bisa membantuku. Jadinya dua adonan yang sudah tercampur di baskom terpaksa aku lanjutkan sendiri. Untungnya tak perlu mengaduknya dengan kekuatan seperti tangan mama. Mixer telah menggantikanmu, mama.hehehehe
Tapi aku tetap mengingatmu.

Aku pun telah berhasil memanggang kue. Bagian dari membuat kue yang paling tak ingin aku lakukan. Kamu tahu kan, Ma.
Namun tadi aku berhasil memanggangnya hingga loyan terakhir. Dan berhasil membuat 3 setengah toples kue. Bukankah anakmu ini telah hebat membuat kue sendiri, Ma. Seperti yang selalu kamu bilang “aku tidak pernah mau membeli kue atau memesannya, karena aku punya anak perempuan yang harus diajari membuat kue”. Sepertinya rencanamu berhasil, Ma.

Tapi aku kini merindukan membuat kue dengan caramu, Ma.memakai takaran gelas. 1 gelas mentega, 1 gelas gula, dan 2 but telur. Bukankah seperti itu yang selalu kamu ajarkan?


Aku rindu membuatnya bersamamu…apakah di sana, kamu pun harus membuat kue lebaran Ma?????

Ma, hari ini puang aji buat acara buka puasa. Entah harus bersama siapa nantinya di sana. Dulunya kan aku selalu bersama dirimu. Atau terkadang tak harus ke rumahnya puang aji untuk makan ayam. Karena kamu akan selalu membawakannya untukku, membawanya ke rumah. Hehehehehe.
Aku dan kak ipah juga tidak ke sana sekadar membantu atau setor muka. Trus tiba-tiba muncul saat berbuka puasa???? mmm….. mungkin kami memilih untuk tak ke sana berbuka. Seperti yang sering kami lakukan dulu saat kamu masih ada Ma. Kami belum berubah. Masih anak yang bandel.

Etta sampai mengeluh harus menggantikanmu mengerjakan tugas-tugas untuk meminjam peralatan makan di mesjid. Etta kayaknya begitu kelelahan.

Kami begitu merindukanmu Ma…….

Comments

Popular posts from this blog

Tips Memilih Majalah Anak Untuk Buah Hati

Menanamkan hobby membaca pada anak perlu dilakukan sejak dini. Kebiasaan membaca haruslah dimulai dari orang tua. Memberi akses pada buku-buku bacaannya salah satu langkah penting. Namun, membacakan cerita dan mendapatkan perhatian anak-anak merupakan tantangan tersendiri.  Ara dan Buku Bacaannya Saya mengalaminya sendiri. Ara (3 tahun) cukup gampang untuk bosan. Memintanya fokus mendengarkan kala saya membacakannya buku cukup susah. Pada waktu-waktu tertentu ketika dia menemukan buku yang menarik perhatiannya, dia dengan sukarela memintaku mengulangnya berkali-kali. Namun, ketika saya membacakannya buku yang tidak menarik minatnya, dia memilih bermain atau sibuk bercerita sampai saya berhenti membaca. Untuk menarik minatnya akan buku, setiap kali ke toko buku saya membiarkannya memilih buku apa yang ingin dia beli. Kebanyakan pilihannya ada buku cerita dengan karakter favoritnya, Hello Kitty. Untuk buku anak- anak pilihanku, syaratnya adalah ceritanya pendek, kalimatnya mudah ia paham

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar