Skip to main content

the winks not for me

mungkin ini kali ini Dia tak ingin mengerling padaku. mungkin ia punya kerlingan lain yang bakal Ia berikan padaku lebih dahsyat dari ini. kecewa????????????wajarlah. i'm a human being. kecewa merupakan sebuah rasa yang membuat manusia menyadari bahwa diri mereka manusia. ia adalah sisi-sisi manusiawi yang tak pernah bisa lepas dari tiap manusia begitu pula diriku.

akU harus melihat sisi yang lain. be positive thinking. itu yang harus aku laKukan. sisi lainnya ya, dwi tahu banyak orang yang begitu peduli terhadapku. banyak yang menyayangi dan mencintaiku. mereka hadir tak hanya saat bahagia, namun juga di kala sedih.

tulisan ini dwi tujukan buat seorang teman yang mungkin belum lama ini aku kenal, namun telah melihat sisi-sisi lain dari dwi. dia telah menjadi sosok yang begitu baik.akan selalu ada saat dwi butuh. THANK U!!!! U MEAN A LOT TO ME.

Dia punya rencana yang lain. rencana yang Ia tujukan hanya buatku. mungkin dwi harus banyak berdoa lagi dan banyak belajar lagi. dunia tetap berjalan. matahari tetap akan bersinar besok. dan akan ada hal yang lebih indah lagi untukku.

tapi boleh kah aku memohon sebuah kerlingan lagi? untuk besok dan sebuah masa depan. kumohon kali ini Kau bersedia mengerling sekilas buatku;-)

Comments

  1. Anonymous2/03/2008

    hei, kerlingan itu berama INCO kah? HAhahahahahaha...jangan khawatir, God work in misterious way

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem...

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...