Skip to main content

Tersandera Descendants of The Sun

Salah satu adegan romantis
Jika dibedakan dalam dua kategori drama, maka bisa dikatakan ada dua tipe cewek di zaman sekarang. Pertama cewek penyuka Drama Korea, kedua cewek yang ga suka Drama Korea. Ada kategori ketiga sih kalo dipikir-pikir, cewek yang setengah-setengah suka Drama Korea. Saya masuk ke kategori ke tiga. Dua kakak saya masuk dalam kategori pertama.  Koleksi DVD Korea menggunung.  Unduhan Drama Koreanya mengambil giga paling besar di laptopnya. Kakak saya yang kedua bahkan sampai melakukan trip ke Korea dan belajar huruf Hangul. 

Saya hanya bisa puas sebagai penikmat Drama Korea angin-anginan. Angin-anginan di sini tergantung musim. Jika lagi musim Lee Min Ho, saya pasti ikut berdiri di barisan depan. Kalo bukan Lee Min Ho, perlu ada insiden yang menggerakkan saya untuk menonton sebuah drama Korea. Bisa jadi karena ada yang rekomendasikan, saya punya waktu, dan hidup saya sangat  drama lebih dari drama korea (Ini optional). Tiga poin di atas perlu bertemu dalam satu ruang gerak yang kemudian memberikan infuls ke otak saya agar merelakan malam-malam yang menyenangkan untuk tertidur dan begadang menyaksikan wajah putih mulus tanpa jerawat. Scene-scene romantis. Menyisakan pertanyaan “what should I do with my life now?” setelah menghabiskan episode terakhir. 

Tak sulit menemukan drama korea dengan alur cerita yang baik, pemeran yang rupawan, dan penuh dengan adegan romantis. Namun meski demikian saya pun pernah menonton drama korea yang tidak saya nikmati. Pemainnya biasa aja. Ceritanya pun kurang menarik. Hanya karena kepo saja jadinya saya menontonnya. Hingga sekarang rasa-rasanya saya masih menyesal menontonnya.

Terakhir menonton drama korea setahun lalu. Setelah itu meski ada yang merekomendasikan drama korea dengan actor-aktor tampan saya memilih tidak menonton. Melelahkan. Saya lebih menyukai menghabiskan 10 seasons Criminal Minds yang penuh dengan adegan sadis. Mungkin karena saya lagi menjauhi hal-hal yang penuh drama. 

Descendants of the sun
Dan kemudian something came up. Beberapa sore kemarin saya iseng memilih-milih stasiun tivi. Tayangan ga ada yang menarik. Mengantarkan saya mengintip channel tivi asia. Layar tivi saya berhenti di stasiun KBS. Drama Korea, pikirku tidak tertarik. Saya hanya memperhatikan sekilas. Pindah-pindah channel lagi. Mentok lagi di KBS. “Cowoknya biasa aja”, kataku. Milih-milih channel lagi. Singgah lagi di KBS. “Si ceweknya adalah Eun Suh di Endless love. Merhatiin sedikit. “Ah mungkin udah episode banyak, malas catch up”. “tapi, ceritanya lumayan asyik”. Nonton sampe abis. Terus browsing-browsing di internet.

Hasilnya? Drama ini baru tayang dalam belum ada di lapak bajakan. Mengecewakan sih. Tapi asyik juga menanti perepisode. Gregetnya tahan lama. Baru lewat empat episode dari 24 episode yang direncanakan. Dan saya pun tertarik mengikutinya. Kali ini bukan karena ketampanan sang actor, tapi karena aktris ceweknya. Acting Song Hie Kyo sangat mumpuni dan saya selalu suka ceritanya (kecuali Endless Love). Wajahnya pun cantik. Tembem menggemaskan. Dan saya pun memutuskan untuk mengikuti Drama Korea ini. Satu lagi, mengikuti drama ini membuat saya seakan masuk dalam kategori pencinta korea terdepan. soalnya drama ini lagi happening banget di Korea.

 Descendants of The Sun bercerita tentang kisah cinta tentang seorang tentara dan dokter.  Perbedaan-perbedaan yang terjadi meragukan keduanya namun daya tarik cinta begitu kuat. Ahhh, so sweet! Seperti biasa adegan romantis akan selalu ada di Drama Korea yang bikin cewek kayak gue klepek-klepek. Bahkan obat nyamuk sekalipun terbingkai dengan romantis di layar tivi anda. Jadi bisa kamu bayangkan, adegan lain seumpama ciuman pun dramatis digambarkan. Disitulah letak menariknya drama korea dibanding sinetron Indonesia. Dan jangan lupa soundtrack yang mendayu-dayu selalu mengiringinya. 

Saya sampai kepo di instagram dan menfollow akun drama korea ini. Dan teasernya cukup membuat saya bangun subuh-subuh kemudian teriak ke suami “ayah, ada cowok ganteng”. (Im not yell for pretty girl).

Demikianlah saya mendapati diri saya tersandera drama korea terbaru yang bakal bikin gue drama banget sampe beberapa hari ke depan. Celakanya lagi saya tidak menyaksikannya dari episode pertama. Jadi rasa-rasanya saya perlu mengejar banyak ketertinggalan adegan-adegan yang bikin greget. Untunglah besok, KBS akan memutar kembali secara marathon episode-episode yang lalu.

I’m ready for drama. 

Bogor, 19 Maret 2016


Comments

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan ...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...