Skip to main content

Pohon Kersen-nya SudahTidak Ada

Siang hari di 26 November 2007, aku melangkahkan kakiku memasuki kantor Lembaga Studi Informasi dan Media Massa (Elsim). Tiba-tiba suasana ruang tengah terasa begitu terang. Tak ada lagi penghalang daun-daun Kersen dari teriknya sinar matahari di luar sana. kolam pun sudah di keringkan.Ranting-ranting pohon itu telah ditebang. Bagian bawahnya pun sudah mulai terluka. Ditebas oleh parang. Pohon itu ditebang.

Alasannya karena daunnya mengotori kolam ikan. Daunnya memang berguguran dan menjatuhi kolam ikan yang belum setahun di buat. Aku jadi sedih. Pohon kersen itu pasti sudah tua. Setidaknya sudah lima tahun lebih. Cabangnya sudah sampai di atap-atap. Ketika pertama kali datang ke Elsim sekitar setahun lalu aku selalu berpikir bahwa akan sangat mudah bagi pencuri untuk mengambil komputer-komputer di elsim. Manjat ke atap saja dan kemudian turun melalui pohon Kersen itu.

Pohon itu pastilah telah lama menemani bangunan kantor elsim. Ia telah menjadi perekam atas semua yang pernah elsim lakukan. Pohon kersen itu selalu menjadi tempatku bermain di elsim. Ketika tak ada kerjaan atau bosan dengan kodingan aku biasanya menyempatkan diri mencari buah kersen yang jatuh di kolam. Atau berusaha menjolok buah-buahnya yangf ranum.

Butuh waktu lama untuk membuat pohon bisa tumbuh sebesar pohon kersen itu. namun, hanya butuh sehari untuk menebangnya. Merenggutnya dari alam. Mematikan sebuah pohon lagi yang mampu membuat kita terbebas dari polusi lingkungan. Aku sedih melihatnya.

Aku belum pernah menanam sebuah pohon pun, jadi penebangan pohon kersen ini membuatku sangat sedih. Aneh juga rasanya, ketika elsim berbicara tentang hutan kritis, bahaya global warming, polusi udara, ia pun ikut andil dalam membunuh sebuah pohon yang mampu memberi sedikit kontribusi untuk meringankan beban kita untuk bernapas. Meski itu sedikit.

Mungkin sebuah pohon tidak ada artinya di banding pembalakan hutan berhektar-hjektar tiap jam yang terjadi di Kalimantan. Namun, pohon itu punya hak sama seperti manusia untuk tumbuh. Ketika kita berpikir untuk melakukan hal sama dengan yang dilakukan para monster hutan, kita pun telah menjadi bagian dari para pembalak hutan itu.

Katanya pohon itu akan di ganti dengan pohon mangga. Ya…semoga saja pohon mangganya bisa cepat tumbuh. SEMOGA…..

Kamar no 9, Selasa 27 November 2007
Jam dindingku sudah menunjukkan pukul 07.30 wita

Comments

Popular posts from this blog

Ara Belajar Ngomong

Serius Nulis Ara mulai suka ngoceh. Ada saja suara keluar dari mulutnya. Kadang jelas kadang juga tidak. Beberapa berhasil saya terjemahkan maksudnya. Beberapa mengalami missunderstand berujung pada rengekan atau aksi menarik tangan. Selain nonton lagu anak-anak, beberapa film anak-anak yang menurut saya cukup edukatif menjadi pilihan tontonannya. Saya memutarkan film Blue's Clues, Super Why, hingga Pocoyo. Serial Blue's Clues sudah kami tonton semua. Mulai dari sang pemilik Blue bernama Steve hingga beralih ke Joe adiknya di serial itu. Yang paling nyantol di kepalanya Ara adalah kata "think" sambil telunjuk memegang dahi. Itulah kata pertama yang ia ucapkan secara jelas setelah kata Mama dan Ayah. Entah kenapa kata ini yang melekat di kepalanya. Mungkin karena si Steve sangat aktraktif menyanyikan lagu jingle Blue's Clues terlebih dibagian "Sit down in thinking chair. Think, think, think". Ara juga suka bagian ketika surat datang. Dia akan i...

Kamu 9 Bulan dan Kita "Bertengkar"

Kamu 9 bulan. Apa yang kamu bisa? Merayap dengan gesit. Berguling-guling ke sana kemari. Duduk sendiri sekehendakmu. Tempat tidur telah kita preteli. Yang bersisa hanyalah kasur alas tidur kita yang melekat di lantai. Agar kamu bebas berguling dan merayap tanpa perlu khawatir gaya tarik bumi menarikmu. Hobiku adalah membiarkanmu bermain di lantai. Dari kasur turun ke ubin dingin. Sesekali memakai tikar, tapi akhir-akhir ini aku malas melakukannya. Lagian daya jangkaumu lebih luas dari tikar 2 x 2 meter. Kamu masuk hingga ke kolong meja. Tak tahu mencari apa. Tak jarang kamu membenturkan kepalamu. Di ubin atau dimana saja. Kubiarkan. Ukuranku adalah jika tidak membuatmu menangis artinya kamu tidak merasa sakit. Sakit itu ditentukan oleh diri sendiri. Saya hanya tak ingin memanjakanmu dengan mengasihimu untuk sebuah sakit yang bisa kamu hadapi sendiri. Mama keras padamu? Bisa jadi. Kamu mulai banyak keinginan. Mulai memperjuangkan egomu. Menangis jika Khanza merebut mainan dari tanganmu....

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...