Skip to main content

Banjir di tol-numpang lewat ya….

Tak ada yang begitu luar biasa siang hari kemarin, Selasa 6 November 2007 . awan hitam menggantung dilangit. Berarak di langit mengikuti hembusan angin. Layaknya sebuah mahkota yang akan akan dipasangkan pada ubun putri kecantikan. Ia bergerak mencari tempat mana yang akan disirami dengan jutaan milliliter air. Wajarlah, bulan November masa dimana hujan ingin menyirami bumi. Tiap sore ia layaknya seorang guru yang mengabsen siswanya. Tak ada sejengkal tanah yang luput dari airnya.

Musim hujan. Becek dan lumpur menjadi teman. Bersiap sajalah banjir datang menyapa. Seperti hari ini. ia pun menyapa tol. “Numpang lewat” katanya. Tak ada yang menyangka banjir ingin lewat tol. Alhasil, semua kendaraan harus ngalah. Mengizinkan air bah ini melewati tol. Pengguna tol pun harus mencari jalur alternatif. Jalan satu-satunya ya, lewat jalan raya biasa yang tanpa kendaraan dari tol sudah sangat macet. Badan jalan tak mampu menampung ratusan mobil dan motor yang membludak di jalan. Mereka merayap layaknya ulat. Berjalan lambat mencari celah untuk bergerak. Pinggir jalan yang seharusnya dibangun trotoar dan menjadi hak para pejalan kaki pun tak ketinggalan disesaki ratusan motor yang berusaha menyelip diantara padatnya arus. Jalur ke arah kota merupakan jalur yang sangat macet. Bahkan kendaraan yang berada di jalur sebaliknya harus mengalah. Hanya satu lajur yang berfungsi ke arah luar kota. Itu pun masih di tambah dengan kemacetan.

Sepanjang jalan, dari Perintis Kemerdekaan hingga Urip Sumoharjo berubah layaknya terminal raksasa. Disesaki kendaraan. Motor dengan berbagai tipe dan suara. Mobil. Dari pete-pete, mobil dinas, mobil poliis hingga mobil-mobil mewah segala merek. Layaknya sebuah terminal besar. Kendaraan-kendaraan itu menunggu kapan untuk berangkat.

Tak sedikit orang memilih untuk berjalan. Jalan kaki menjadi satu-satunya alternatif untuk bisa berpindah tempat daripada menunggu kemacetan yang tak kunjung berakhir. Orang-orang tumpah ruah dijalan. Ibu-ibu yang membawa kantong-kantong besar berisi belanjaan pun berkomentar di depan M’Tos ‘aduh, cape’ deh”.

Mahasiswa dan mahasiswi yang pulang dari kampus, para anak remaja yang ingin jalan-jalan ke mall. Tak ketinggalan para karyawan yang ingin baru pulang kerja. Seorang bapak nyelutuk dengan entengnya “ jalan kaki saja macet, apalagi naik kendaraan”.

Beberapa mobil memilih untuk parkir dan menunggu hingga jalan dapat kembali normal. Tak sedikit sopir pete-pete yang menurunkan penumpangnya dan memarkirkan kendaraannya. Mereka hanya mampu menonton kemacetan dari atap mobilnya sembari menghitung lembaran ribuan sambil mengeluh ke kawannya sesama sopir “hanya bisa ganti ongkos bensin”.

Polisi pun tak dapat berbuat apa-apa. Mereka pun terjebak macet. Seorang polantas hanya mampu berdiri di tengah arus kemdaraan yang tak bergerak sambil memainkan handphonenya.”

Baru kemarin daerah ini mengadakan pesta demokrasi ternyata secepat itu pula muncul pekerjaan rumah bagi pemimpin baru. Kemacetan. Mungkin tak sehebat Jakarta, namun hari ini telah dengan sukses melumpuhkan aktivitas jalan raya kota Makassar. Mengapa jalan tol bisa banjir? Mungkinkah karena topografinya rendah ditambah aktivitas jalan pembangunan jalan tol yang baru.

Banjir numpang lewat tol hari ini. Mungkin kali ini masih bisa di mahfumkan. Namun ketika ia telah menjadi momentum tahunan tiap musim hujan, ada yang mesti dibenahi lagi. Dan lagu Matta Band menggema di udara. Oo…kamu ketahuan….” mengalun keras di pasar Cakar Perintis. Menjadi pengghibur bagi para penunggu kemacetan..


Thank to :

eki, riza dkk. Adik-adik sepondokan yang imut-imut, lucu-lucu dan baik hati itu yang mmau memberiku tumpangan untuk pulang;D.sehingga dwi tak bgitu lelah lagi untuk berjalan kaki.

(telaga safar-November 6, 2007-22.30 WITA)

Comments

Popular posts from this blog

Indecent Proposal

sumber foto : tvtropes.org Seorang bilyuner menawariku one billion dollar untuk one night stand dengannya. Aku bingung. Aku dan suami sedang tidak punya uang dan satu juta dollar begitu banyak. Mampu membiaya hidup kami. Disisi lain aku  mencintai suamiku, rasa-rasanya ini tidaklah patut. Tapi kami benar-benar tidak punya uang. Aku ingin melakukannya untuk suamiku. Aku mencintaiku dan tidak ingin melihatnya terlilit utang. Kami memutuskan mengambil tawaran itu. This is just sex bukan cinta. Ini hanya tubuhku. Aku dan suami memutuskan setelah semalam itu, kami tidak akan mengungkitnya lagi. Setelah malam itu. Kami berusaha menebus  properti kami yang jatuh tempo. Sayangnya, bank telah menyita dan melelangnya. Seorang pengusaha telah membelinya. Kami putus asa. Suamiku tiba-tiba berubah. malam itu, Ia mempertanyakan apa yang saya dan bilyuner itu lakukan. Padahal kami sepakat untuk tidak mengungkitnya. Saya menolak menjawab pertanyaannya. Saya tidak ingin lagi menginga...

Sengsara Membawa Nikmat

  Judul : Sengsara Membawa Nikmat Penulis : Tulis Sutan Sati Penerbit : Balai Pustaka Midun, lelaki muda baik budinya halus pekertinya disukai warga sekampung. Namun, hal ini menciptakan kebencian Kacak, kemanakan Tuanku Laras, kepada Midun. Segala cara dilakukan Kacak untuk menjebak Midun. Hingga akhirnya ia menyewa pembunuh untuk menghabisi nyawa Midun. Untungnya, Midun masih mampu menghindar dari tikaman pisau. Namun perkelahian itu menjebloskan Midun ke penjara. Membuatnya terpisah dari keluarganya. Penderitaan tak berhenti di situ, di penjara pun Midun menerima siksaan. Hingga masa ia bebas, ia memilih tak pulang ke Bukit Tinggi. Ia memilih mengadu nasib ke Betawi mengantar Halimah, perempuan yang ditolongnya pulang ke Bogor. Di tanah Jawa inilah lika liku hidup membawanya menjadi asisten demang dan pulang ke tanah Padang.  Judul buku ini cukup mencerminkan cerita lengkap sang tokoh utama. Kemalangan silih berganti menimpa sang tokoh utama. Namun berpegang pada keyakinan ...

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang pen...