Skip to main content

Ketika Ara Belajar Sholat Meski Saat Sakit

           Kegiatan Ara tadi pagi

Pagi tadi badan Ara hangat. Saya cek  pake termometer, suhu mencapai 37.7 derajat celcius. Dia lemas. Nafsu makannya pun nda ada. Entah apa yang memicu demamnya. Yang pasti bukan demam karena flu atau batuk. Meski badannya hangat ia tetap main jual-jual. Permainan yang dua hari belakangan ini sangat suka ia lakukan. 

Saya jadi penjual, ia jadi pembeli. Barang jualannya adalah apa saja yang menurutnya layak ia jual. Mulai dari sisir, kamera mainannya, buku catatan yang penuh coretannya, jam weker, spidol, hingga hasta karya bunga buatannya. Saya menemaninya bermain. Saya menjadi penjual dan dia pembeli. Saya membuatkannya uang-uangan yang ia simpan di dompet kecilnya. Saya melabeli semua jualannya dengan angka-angka sebagai harga. Setiap kali ia membeli, saya akan mengajukan pertanyaan penjumlahan tentang berapa harga yang harus dia bayar untuk total belanjaannya. Semacam belajar matematika sambil main-main. Kalo habis barang jualannya, giliran dia jadi penjual. "My turn, my turn", katanya. "Selamat pagi-pagi,mama", katanya menyapa saya di belakang guling yang dilipat dua yang dia gunakan sebagai meja kasir. "Coba bilang "can i help you?", kataku. "Yes sure", katanya. Hahahaha. Maksudnya Ara yang kasi tau mama "can i help you". "I can help you", jawabnya lagi. *Cekikikan* Dia belum paham. 

Saat suhu badannya mulai menghangat ia lemas dan memilih berbaring. "Ara tidak bisa main jual-jual. Ara sakit. Ara nda bisa jalan-jalan", katanya. "Ara demam. Ada kumab dalam tubuhnya Ara. Terus ada superhero di dalam tubuhnya Ara yang bantu supaya kumannya pergi. Nah, demam itu upaya tubuhnya Ara lawan kuman. Jadi demam itu tidak apa-apa", kataku menjelaskan. Ia pun tertidur. 

Namun, tidak selang beberapa menit ia terbangun dan muntah. Semua makanan yang dikonsumsinya dari pagi sampe siang dia muntahkan. Ajaibnya, ia tidak menangis. Ia cuma berkata "Ara sakit". "Iya. Ara sakit karena Ara tidak mau makan. Kalo mau bantu tubuhmu lawan kuman Ara harus makan", terangku. 

Ia pun meminta dibuatkan telur rebus kesukaannya. Ia makan dengan lahap. Sayangnya, setiap kali ia memasukkan makanan di mulutnya, beberapa saat kemudian ia muntahkan. Ia tetap ceria dan tidak merengek. Masih merespon dengan senyum sambil nonton film Disney. Hanya saja ia tidak melompat-lompat atau menjahili saya. Saya bergegas ke apotek membeli obat setelah konsultasi ke kakak saya. Dalam perjalanan Ara masih mengomentari layang-layang yang tersangkut di tiang listrik. 

Saat harus meminum obatnya, ia tidak lagi harus dibujuk atau dipaksa. Ia meminumnya tanpa beban. Sayangnya pencernaannya masih memuntahkan semua isi perutnya. "Obatnya tidak help muntah", katanya. Kasian Ara. 

Sampai malam ia masih muntah-muntah. Setiap kali ia berusaha memasukkan makanan di tubuhnya tidak butuh lama untuk makanan itu keluar lagi. Saya memintanya untuk tidur. Saya jelaskan kalo dia tidur, maka sistem pencernaannya pun ikut tidur. Jadi mulutnya tidak akan muntah. 

Pas sebelum dia tidur, ia tiba-tiba bilang "Mama, belum sholat", katanya. "Mama sudah sholat", jawabku. "Ara belum sholat", katanya lagi. "Ara mau Sholat?", tanyaku. Dengan lemas ia mengangguk. Saya terharu. Rasanya seperti tertampar di muka. Ara meminta mengerjakan sholat kala ia sakit. Saat ia sama sekali belum berkewajiban untuk sholat. Duh, nak! Tak tahu kah kamu tingkahmu menyentil sisi religius saya. 

Saya memandunya sholat. Membacakan bacaan sholat keras-keras agar ia mendengarnya. Agar ia belajar seberapapun sedikitnya yang ia pelajari. Ia mengikuti gerakan sholatku. Meskipun tingkahnya tetap anak-anak, namun ia telah sholat dengan tertib. Selesai sholat, saya mengajaknya berdoa, agar ia diberi kesembuhan dari Tuhan. 

Kemudian ia beranjak tidur. 
Tidur yang nyenyak, anak sayang. Semoga besok Tuhan memberimu kesembuhan. Menormalkan suhu tubuhmu. Menghentikan muntahmu. Dan mengembalikan keceriaan dan kelincahanmu seperti sedia kala. Aaamiiiinnnn...

Bogor, 30 Mei 2015

Comments

Popular posts from this blog

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling

Kesatria Putih dan Peri Biru

Di sebuah zaman, di negeri antah berantah tersebutlah sebuah kerajaan bernama Koin Emas. Di kerajaan ini semua rakyat rajin bekerja dan pandai menabung. Setiap koin yang dihasilkan dari bekerja setiap harinya disisihkan untuk ditabung untuk masa depan. Sang raja memiliki tempat penyimpanan khusus untuk setiap koin yang disisihkan rakyatnya. Namun terdapat satu koin pusaka yang telah turun temurun diwariskan oleh raja-raja terdahulu. Koin itu diyakini drachma asli dari Dewa yang diturunkan khusus dari langit dan diwariskan untuk menjaga kesejahteraan kerajaan Koin Emas. Koin pusaka tersebut menjadi pelindung kerajaan Koin Emas. Jika koin itu hilang diramalkan kesejahteraan di kerajaan Koin Emas akan berubah menjadi kesengsaraan. Koin itu pun dinilai memiliki khasiat mampu member kekuatan dan kekuasaan bagi yang memilikinya. Raja begitu menjaga pusaka tersebut. Ia takut jika koin pusaka itu hilang atau dicuri. Hingga suatu hari kedamaian di kerajaan itu terganggu. Seekor Naga Merah m

Speedy Sembuh...Yipppiii!!!!

Akhirnya setelah hampir seminggu tidak pernah online lewat laptop, saya bisa melakukannya sekarang. Jaringan speedyku sudah bagus dan laptop yang bisa dipakai sudah ada. Bagaimana hidup tanpa internet? Hihihiihi, jika tidak bisa mengaksesnya lewat handphone, terutama facebook, maka hampalah duniaku.  Teknologi benar-benar telah membuat saya ketergantungan. Tak bisa hidup tanpanya. Andai tak ada teknologi, mungkin hidup tidaklah begitu galau. Yang jauh tetaplah jauh dan yang dekat tetaplah dekat. Imaginary prince tetaplah menjadi imaginary prince tanpa perlu ia turun ke bumi untuk menjadi pada syata. Tak perlu merasa kehilangan sesuatu yang tak pernah dimiliki. Dunia tak perlulah menjadi absurd. Dan nyata, maya, dan khayalan punya garis batas jelas di semesta. Internet telah menjadi bagian tak terpisahkan. Ia seperti sandang, pangan, papan, dan internet. Ia menjadi primer. Tak lagi sekunder atau tersier. Apalagi barang mewah. Dan inilah aku ketika bertemu kembali dengan internet. Hat