Skip to main content

Nyalon Gratisan


Gratisan adalah kesenangan dunia yang paling asyik dan zero budget. Ya iyalah, gratis. Nda ada yang nda suka gratisan. Istilah kerennya di Makassar "Anugerah", anu gera(h)tisan atau sesuatu yang gratis. Benar-benar anugerah. 
Makan gratis sudah mainstream. Minum gratis juga sudah mainstream. Ke salon gratis mungkin juga sudah mainstream. Tapi buat saya yang nda pernah ke salon selain buat potong rambut, ditraktir ke salon buat perawatan adalah hal yang diluar dari mainstream dan wajib dicoba. Maka pas kakak saya ngajakin nyalon dan bersedia membayar biayanya saya dengan tidak malu dan mau banget menyambut tawaran itu. 

Karena namanya traktiran, jadi tempatnya ditentukan ibu penyandang dana. Ibu penyandang dana memilih salon Azka di jl. Abd dg Sirua. Salon ini dikhususkan untuk muslimah. Cowok tidak boleh masuk sama sekali. Semua pegawainya pun perempuan. Salon ini memiliki dua cabang di Makassar. Cabang yang satunya berada di Jl. Perintis Kemerdekaan. 

Meski kecil, salonnya cukup nyaman. Kursi di ruang tunggunya menggunakab sofa yang cukup nyaman buat Ara bobo. Tersedia air mineral gratis. Biaya perawatannya pun cukup terjangkau. Mulai dari gunting rambut, hingga spa. Medi pedi serta jilbab kreasi. Tapi saya tidak menemukan perawatan smoothing atau rebonding rambut. Mungkin karena kegiatan meluruskan rambutnya ini hukumnya tidak jelas dalam Islam. Beberap menyebut haram ( merujuk pada berita yang sempat saya liat di tivi beberapa waktu lalu). 

Eniwei, saya nda mau panjang lebar menjelaskan tentang hukum haram. Saya mau berbagi pengalaman nge-facial-in wajah. Seumur-umur belum pernah  facial profesional. Paling cuma cuci muka dengan sabun muka. Paling top maskerin sendiri pake masker instant. Awalnya saya mau creambath saja, etapi karena hukum gratisan adalah memilih produk mahal, maka saya milih facial saja. Nda mahal-mahal amat. Cukup manusiawi lah harganya. Bukan juga treatment tubuh yang paling mahal, tapi juga bukan yang paling murah.  

                    Dipijit-pijit

Nah, saya memilih facial sari ayu. Harganya Rp.55.000. Mbak-mbaknya ngasih kain serupa rok gede buat ganti baju sama sendal jepit. Perawatan facialnya di lantai 2. Di lantai dua ada beberapa kasur untuk perawatan spa dan tirai-tirai pelindung. Serta sebuah bathtub untuk fasilitas berendam susu-rempah-rempah.  

Sambil berbaring mbaknya membasuh mukaku dengan air hangat. Terus dipijit-pijit. Habis itu dikasi cairan-cairan. Dipijit-pijit lagi. Lembut-keras. Terus diuapin. Terus dipijit pake alat pijit bola-bola kecil. Kemudian dikorek-korek mukanya keluarin komedo. Diusap pake air hangat. Kemudian dikasi gel dingin. Terus dipijit-pijit lagi. Keasyikan pijit bikin mau bobo rasanya. Terus dimaskerin. Sambil nunggu maskernya kering, mbaknya pijitin tangan dan kakiku. Kalo perawatan fasial aja udah dipijit kayak ini, gimana kalo spanya ya?

  Muka habis facial vs buka baru bangun
 
Puas saya difacial-in sama orang profesional. Itu-itu untuk memanjakan kulit muka yang nda pernah dimanjain. Kayaknya saya mulai ketagihan nyalon. Sayangnya, saya nda foto muka saya sebelum facial. Yang ada cuma pas selesai facial. Beruntungnya lagi, pas baru selesai facial, si Ara sudah bangun. Ah, me timenya sempurna banget. Demikianlah pengalaman kampungan saya. Kalo ada yang mau traktir ke salon lagi, saya siap jadi volunteer. Hehehehe (*)

Makassar, 22 Feb 2014

Comments

Popular posts from this blog

tentang buku

"...u can buy many book,but u can't buy a knowledge" 081383118xxx pesan itu sampai ke ponselku beberapa saat setelah aku mengeluh pada seseorang tentang buku "detik-detik menentukan" BJ.Habibie yang tak berhasil aku peroleh dari peluncuran bukunya di hotel clarion hari ini. iya mungkin benar...aku terlalu mengharapkan buku yang ditulis mantan presiden ketiga ini.padahal ku punya begitu banyak buku yang bertumpuk di kamar. Belum pernah aku jamah sedikit pun. aku tak tahu beberapa hari terakhir ini aku begitu jauh dari buku. jauh dari para pengarang-pengarang besar dengan segala masterpiece-nya. akuy begitu malas membaca. malas membuka tiap lembar buku tebal itu dan memplototi huruf-hurufnya yang kecil. "tahu tidak...buku bisa membawa kesuatu tempat tanpa kamu harus bergesr se-inci pun" kata-kata itu selalu keluar jka aku mengeluh sedang malas baca buku... entahlah aku begit malas mengetahui tiap isinya. aku hanya terpesona pada banyak tumpukannya di kam...

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western ...

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...