Skip to main content

Pengalaman Menjadi Informan Bule

ilustrasi

Seminggu lalu saya harus menjadi informan untuk dua orang teman saya di Athens. Mereka meminta saya menjadi nara sumber untuk tugas mereka. Yang pertama adalah Jessica. Ia adalah tutor saya di English For All (EFA). Ia memnita saya sebagai nara sumber untuk tugas Southeast Asia-nya. Kedua adalah Mary. Ia sedang mengerjakan tugas akhirnya dan meminta saja menjadi salah seorang responden untuk penelitiannya. Dua-duanya menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan saya. Dua-duanya kupikir sulit. Tapi dua-duanya adalah cara saya untuk berlatih bahasa Inggris.

Bercakap dengan dua orang ini cukup berat menurutku. Saya agak susah melakukan direct conversation. Nervous kadang menghilangkan beberapa pengetahuan yang saya pahami. Keinginan untuk menjelaskan banyak hal kadang berbenturan dengan pengetahuan di dalam otak. Saya menimba pengalaman berinteraksi dengan bule dari kedua kawan ini.

Saya dan Jessica sudah saling mengenal. Tapi hubungan kami hanya sebatas guru dan murid. Saya sedikit terkejut saat ia meminta saya menjadi narasumber untuk papernya. Kami janjian di Frontroom Baker untuk memulai "interview". Ia ingin tahu tentang saya, suku saya, bagaimana saya tumbuh di kampung saya, adat saya, serta pandangan saya tentang agama. Temanya cukup berat. Kosakata bahasa Inggris sangat kurang untuk menjelaskan tentang Bugis. Saat wawancara tatap muka rasa-rasanya saya tidak menjelaskan hingga sejelas-jelasnya. Kala itu, Ara pun cukup rewel sehingga kami melanjutkan via online.

Jessica memberikan list pertanyaan yang ia ingin tahu dari saya. Menjawabnya dalam bahasa Indonesia saja sudah cukup membingungkan apalagi harus mentranslatenya ke bahasa Inggris. Jadi cara yang saya tempuh adalah menjawab dengan bahasa Indonesia kemudian di google translate ke bahasa Inggris. Kadang saya mencoba langsung menjawabnya dengan bahasa Inggris. Kemudian diedit oleh  Kak Yusran. Kak Yusran sukses mengomentari, sambil menertawakan, dan beberapa kali mencoba menyemangati ketika muka saya mulai mengkerut dengan komentar tentang grammar saya.
Tapi dia juga begitu baik memperbaik jawaban-jawaban saya.

Bahkan pertanyaan lanjutan Jessica tentang religuitas yang ia tanyakan belakangan dijawabkan sama Kak Yusran. Tema pertanyaannya saja sudah cukup berat, apalagi kalo dijawab pake bahasa Inggris. Kalo pake istilah orang Makassar " Ta'kala Bunu' ma". Jessica begitu senang membaca jawaban-jawaban saya, plus sebuah komentar your english is very good. Saya hanya menjawab nyengir sambil bilang " my husband help me. so no wonder".

Wawancara dengan Mary berjalan dengan tatap muka dan direkam. Hahahahahaha. Mary sedang meneliti tentang istri dari international students. Ia ingin tahu apa saja kegiatan para ibu-ibu di rumah, di luar rumah, dan apa ekspektasinya datang ke Athens. Kalo saya ditanya apa ekpetasi saya datang ke Amerika, satu jawabnya jalan-jalan. Hehehe. Saya agak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan Mary. Meskipun saya yakin grammarnya campur aduk. Tapi so far, kupikir dia cukup mengerti.
Ia menanyakan kesan pertama saat berada di Athens. Aktivitas saya sehari-hari. Bagaimana saya mencoba bergaul. Bagaimana saya melakukan "deal" terhadap keterbatasan saya dari segi bahasa. Sangat ibu-ibulah pokoknya.

Dari percakapan dengan Mary saya baru sadar bahwa teman yang saya kenal selama ini adalah teman-temannya suami saya. Saya belum membuat ikatan pertemanan itu sendiri. Kalo pun dengan teman sekelas batasnya pun hanya di kelas saja. Dari dua pengalaman di wawancarai tersebut sepertinya saya harus belajar keras untuk bisa lancar berbahasa Inggris. Fuuiiihhh...(*)

Comments

  1. Pasti keren banget ya kak bisa berada disana..hehee...

    ReplyDelete
  2. @sakinah : hehehehe...biasa ji. Standar kerennya mungkin karena media kita slalu menampilkan citra yg bagus itu di Luar negeri. Saya mulai kangen indonesia :)

    ReplyDelete
  3. Hahaa... memang sih kak..sekeren2x negeri orang lebih keren negeri sendiri.. :D
    Mangx belum ada rencana balik ke Indonesia kak.?

    ReplyDelete
  4. rencana balik pertengahan tahun depan :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Alas Kaki Nyaman, Hati Senang

  sumber foto : Facebook Be.Bob Kata seorang teman memilih alas kaki   sama seperti memilih pasangan hidup,   harus cari yang nyaman. Alas kaki nyaman buat saya adalah sandal jepit, tapi tidak semua kondisi pas dengan sandal jepit.. Saat kuliah saya pun dituntut memakai sepatu. Berhubungan karena ngekost maka alas kaki hendaknya memiliki syarat murah, kuat, dan tahan lama serta pas untuk model casual , feminine , atau sporty . Pilihan saya jatuh pada flat shoes . Karena kostku lumayan dekat dengan kampus, saya cukup jalan kaki. Sepatu yang saya kenakan harus bercumbu dengan berdebu dan beladus karena sinar matahari. Paling menyedihkan ketika musim hujan dan air menggenang, saya mengakalinya dengan jalan kaki menggunakan sandal jepit dan memakai sepatu saat tiba di kampus. Tak jarang saya harus menanggung malu karena persoalan alas kaki.  Pernah sekali saya diusir saat mengenakan sepatu sandal di perkuliahan yang dosennya mengharuskan menggunakan...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Asyiknya Berkirim Kartu Pos

Kartu pos untuk teman-teman di Indonesia. Beberapa minggu ini saya lagi senang-senangnya berkirim kartu pos. Membeli kartu pos di court street. Menuliskan nama dan alamat yang akan dikirimkan. Menuliskan pesan yang akan disampaikan. Dan membawanya ke kantor pos dan memposkannya. Prosesnya itu begitu menyenangkan buatku. Terlebih lagi ketika orang yang saya kirimi kartu pos mengabarkan kalo kartu posnya sudah sampai, rasanya seperti mission completed deh. Selain mengirimkan kartu pos ke teman-teman di Indonesia, saya juga bergabung di Postcrossing . Sebuah web yang menyatukan para penggemar kartu pos seluruh dunia. Saya menemukan web Postcrossing ini tak sengaja ketika sedang mencari informasi berapa harga prangko untuk kartu pos luar negeri. Caranya gampang, daftar di webnya, kemudian kamu akan menerima 5 alamat yang harus kamu kirimi kartu pos. Saat pertama join kamu harus mengirim kartu pos. Ketika kartu pos itu diterima, maka alamat kamu akan disugesti untuk dikirimi kartu po...