Skip to main content

Perempuan Paling Hebat

Mamaku, nak, perempuan paling hebat yang pernah kukenal. Tak pernah sedikit pun dia mengeluh. Matanya selalu berbinar. Ada kerut-kerut di ujung matanya, pertanda ia selalu tertawa. Sembari menulis cerita ini, saya berusaha kembali mengingat wajahnya. Butuh waktu beberap detik untuk mengingat kembali paras mukanya. Rasanya sudah begitu lama sejak terakhir saya melihatnya. Ingatanku yang paling jelas tentangnya hanyalah ketika ia terbaring lemah di rumah sakit. Kenangan yang tak ingin kuingat kembali. Kenangan yang menghadirkan sebuah lubang hitam di hati. Kenangan tentang kehilangan. Perlahan tapi pasti saya belajar memilah memori-memori yang kumiliki dengannya. Hanya bagian-bagian yang menyenangkan yang ingin saya ingat. Bukan ketika ia pergi, karena ia tak pernah pergi.

Sebelum kamu ada, saya selalu menganggap menjadi ibu itu bukanlah hal yang istimewa. Merawat anak, memasak makanan, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Mayoritas perempuan melakoninya. Pernah disuatu masa seorang teman berkata padaku, cita-citanya hanyalah menjadi ibu rumah tangga. Saya agak heran. Ketika saya bermimpi menjadi seseorang yang lain, dia memilih mejadi ibu rumah tangga. Sesuatu yang kupikir saat itu sebagai hal yang begitu biasa dan tidak istimewa. Ya, hampir bisa dipastikan semua perempuan memainkan peran itu.

Dan kemudian setelah kamu lahir saya menyadari bahwa menjadi ibu rumah tangga tidaklah sesederhana mengerjakan pekerjaan domestik. Menjadi ibu rumah tangga berarti menjadi seorang yang bertanggung jawab penuh terhadap sebuah generasi. Ia adalah Penjaga. Pada dirinya dititipkan sebuah kehidupan yang harus ia rawat. Tak putus hingga nafas terakhirnya.

Kehadiranmu membuatku mengingat mamaku. Saya mengenalnya hanya sebagai sosok ibu di mataku. Saya tidak begitu mengenalnya sebagai peran lain. Ia seorang guru, tapi saya tak pernah diajarnya di dalam ruang kelas. Saya tidak mengenalnya sebagai sosok lain yang berdiri mengajar seharian di depan kelas. Meneriakkan materi-materi pelajaran. Yang saya tahu hanyalah opini orang tentangnya bahwa ia guru yang cerdas.

Mungkin dia memiliki sisi yang lain. Mungkin dia memiliki mimpi-mimpi pribadi yang ingin diwujudkannya. Mungkin juga ia pernah memiliki kehendak lain. Mimpi yang mungkin tidak dapat diwujudkan hanya karena ia memilih menjagaku. Kehendak yang harus dipatahkan hanya karena ia menjalankan tanggung jawabnya. Mungkin juga ia pernah punya kisah cinta romantis. Seseorang yang ideal di matanya. Mungkin juga ia pernah patah hati. Apakah mama dulu pernah galau? Bagaimana ia menguatkan hati terhadap setiap kesedihan dan kedukaan? Rasa-rasanya makin saya bertumbuh dewasa semakin banyak pertanyaan tentang dirinya.

Saya bahagia mengenalnya sebagai ibuku. Saya bangga memiliki mamaku. Saya bertumbuh dan menjadi dewasa. Menemukan banyak problem dan belajar menyelesaikannya. Mungkin saya seperti mamaku. Saya yakin sedikit banyak ada dirinya di dalam diriku.

Karenanya Ara, saya menuliskan ini untukmu. Agar kamu tahu sedikit lebih banyak tentangku. Saya selalu berharap mamaku menulis catatan harian agar saya bisa menyelami pikiran dan cara pandangnya. Sayangnya ia sama sekali tidak punya tradisi menulis diary.
Yang kumiliki tentangnya hanyalah kenangan-kenangan yang berusaha melawan lupa.

Saya selalu mensyukuri kehadirannya. Eksistensi bahwa ia pernah ada. Saya merayakan dan bersuka cita akan kelahirannya. Dan tak mengingat ketika ia pergi. Karena saya selalu percaya ia selalu ada di hati. Tak pernah benar-benar pergi.(*)

Tulisan ini untuk merayakan hari dimana mamaku dilahirkan 6 juni 1946.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular posts from this blog

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

Sebelum Salju Mencair

Dua hari ini Athens diselimuti awan hitam. Mendung. Cuaca menjadi dingin. Hujan pun turun. Kemarin cuaca mencapai titik minus. Titik hujan jatuh ke bumi menjadi butiran salju. Angin bertiup kencang. Pohon-pohon pinus tunduk patuh pada gerak angin. Tengah malam kristal-kristal beku itu mencumbui tanah Athens. Jutaan butir yang bertumpuk menutupi tanah, jalan, dan segala permukaan yang dijangkaunya. Permadani putih seketika terhampar menyelimuti bumi. Seperti kepompong yang menyelubungi ulat untuk menjadikannya kupu-kupu. Ini salju nak, coba yuk! Hingga pagi hujan salju masih belum reda. Butiran es itu seolah bersuka cita turun ke bumi. Meliuk-liuk mengikuti gerak angin hingga mendarat dengan sempurna di tanah. Mereka seakan berpesta dan enggan mengakhirinya. Hingga siang, butiran-butiran itu seakan tidak jenuh untuk terus meninggalkan jejak. Kulihat seseorang menuntun anjingnya bermain di tengah salju, Bodoh pikirku bermain-main di salju yang dingin. Bikin frosty ternyata s