Skip to main content

Ramadhan Lagi….


Ramadhan lagi. Ini kali kedua Ramadhan kulalui tanpa mamaku. Perlahan aku telah mampu mendamaikan hatiku dan bertatap pada kenyataan bahwa semua telah berubah. Dan tiap perubahan itu membuatku belajar dewasa.

Namun terkadang dalam sunyi dan diam aku masih merindukan sosoknya. Masih merindukan saat-saat sahur, berbuka, dan lebaran yang pernah kami lalui bersama. Terkadang berharap bias kembali ke masa itu dan merekamnya lebih kuat dalam ingatanku. Melakukan percakapan-percakapan antara ibu dan anak yang tak pernah kami lakukan bersama.


Perlahan rasa kerinduan akan ramadhan terkikis seiring umur dan aktivitasku. Aku tak lagi merasakan rasa bahagia yang pernah aku rasakan pada waktu kecil saat berjumpa dengan ramadhan. Aku mulai sibuk dan tak lagi peduli dengan ibadah yang dulunya sering aku lakukan. Dan ramadhan pun kemudian terasa seperti bulan-bulan yang lain, hanya saja tak ada makan siang di 30 harinya.

Aku ingin merasakan kembali kebahagiaan itu. Tarawih di masjid dan mulai membaca mushab. Mesid tempatku ibadah masih seperti itu. Yang berubah hanyalah beberapa perombakan untuk membuatnya sedikit lebih terlihat luas dan sejuk. Jamaah-jamaah yang memadatinya masih para orang tua rekan jamaah mama dan etta.

Tak kutemukan lagi kawan-kawan masa kecilku yang dulunya selalu berkumpul di saf depan dan mencatat judul ceramah taraweh untuk dituliskan pada buku jadwal ramadhan.
Tugas itu masih ada sampai sekarang. Beberapa anak-anak perempuan usia SD dengan antusias duduk di barisan terdepan menceklist buku jadwal ramadhannya. Mungkin kawan-kawan kecilku dulu pun telah sesibuk aku. Bahkan mungkin tak tinggal lagi di kampung kami.

Tak berubah, anak-anak laki-laki selalu menjadi tukang ribut paling di cari keamanan mesjid. Mereka layaknya Ipin dan Upin membuat kekacauan diluar mesjid atau di dalam mesjid saat tarawih.


Aku ingat beberapa ramadhan lalu ketika Mama masih hidup dan kita masih tinggal di rumah panggung sebelah. Ada kasur yang kami gelar di depan televisi. Di situ, Saya, Mama, dan Etta tidur selama ramadhan. Bangun sahur maupun tidur setelah sholat subuh. Aku menyebutnya “Kasur Ramdhan”. Begitu menyenangkan saat itu.


Sekarang semua telah berubah. Aku merasa makin individual. Aku tak memiliki lagi “hubungan antar manusia” yang begitu kuat bahkan dengan keluargaku sekalipun.
Kita masih kadang saling menyalahkan dan tak menguasai emosi. Padahal mama telah mengajarkan untuk selalu bisa mengontrol semua hal. Apalagi saat Ramadhan.

Ramdhan kali ini, aku benar-benar merindukannya. Tapi bahkan sampai sekarang aku belum mampu menyempatkan waktu untuk duduk sejenak di samping nisannya. Membacakannya Al Fatihah, meski nisan itu berada di samping rumahku.


Mama, Maaf ya. Semoga besok aku bisa menjenguk nisanmu.
Maafkan anakmu yang tak berbakti ini…..

Comments

  1. kali ini ramadhan di makassar, tanpamu, meski baru beberapa kali merasakan berbuka dan makan sahur bersamamu, ada yang hilang disini. tidak ada lagi pekikan lantang melalui khasnya suaramu.
    kami merindukanmu dwi, seperti rindumu pada mama

    ReplyDelete
  2. ramadhan kali ini juga menimbulkan badai hati bagiku. berpikir mengenai eksistensi yang semakin dipertanyakan. untuk apa saya ada di dunia?

    ReplyDelete
  3. ck...ck..ck
    ramadhan kali ini,,,makin menambah jam tidur saya di pagi hari,heheehe...
    Miss u dwi

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Indecent Proposal

sumber foto : tvtropes.org Seorang bilyuner menawariku one billion dollar untuk one night stand dengannya. Aku bingung. Aku dan suami sedang tidak punya uang dan satu juta dollar begitu banyak. Mampu membiaya hidup kami. Disisi lain aku  mencintai suamiku, rasa-rasanya ini tidaklah patut. Tapi kami benar-benar tidak punya uang. Aku ingin melakukannya untuk suamiku. Aku mencintaiku dan tidak ingin melihatnya terlilit utang. Kami memutuskan mengambil tawaran itu. This is just sex bukan cinta. Ini hanya tubuhku. Aku dan suami memutuskan setelah semalam itu, kami tidak akan mengungkitnya lagi. Setelah malam itu. Kami berusaha menebus  properti kami yang jatuh tempo. Sayangnya, bank telah menyita dan melelangnya. Seorang pengusaha telah membelinya. Kami putus asa. Suamiku tiba-tiba berubah. malam itu, Ia mempertanyakan apa yang saya dan bilyuner itu lakukan. Padahal kami sepakat untuk tidak mengungkitnya. Saya menolak menjawab pertanyaannya. Saya tidak ingin lagi menginga...

Sengsara Membawa Nikmat

  Judul : Sengsara Membawa Nikmat Penulis : Tulis Sutan Sati Penerbit : Balai Pustaka Midun, lelaki muda baik budinya halus pekertinya disukai warga sekampung. Namun, hal ini menciptakan kebencian Kacak, kemanakan Tuanku Laras, kepada Midun. Segala cara dilakukan Kacak untuk menjebak Midun. Hingga akhirnya ia menyewa pembunuh untuk menghabisi nyawa Midun. Untungnya, Midun masih mampu menghindar dari tikaman pisau. Namun perkelahian itu menjebloskan Midun ke penjara. Membuatnya terpisah dari keluarganya. Penderitaan tak berhenti di situ, di penjara pun Midun menerima siksaan. Hingga masa ia bebas, ia memilih tak pulang ke Bukit Tinggi. Ia memilih mengadu nasib ke Betawi mengantar Halimah, perempuan yang ditolongnya pulang ke Bogor. Di tanah Jawa inilah lika liku hidup membawanya menjadi asisten demang dan pulang ke tanah Padang.  Judul buku ini cukup mencerminkan cerita lengkap sang tokoh utama. Kemalangan silih berganti menimpa sang tokoh utama. Namun berpegang pada keyakinan ...

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang pen...