Skip to main content

(Akhirnya) Liburan Ke Anyer


Setahun pandemi berjalan, akhirnya, kami (khususnya saya) memberanikan untuk liburan (baca : nginap di tempat lain selain di rumah). Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, kami paling sering staycation di hotel. Sekadar nginap dan berenang. Namun, sejak pandemi nginap selain di rumah hanya dilakukan oleh suami, itu pun karena tuntutan pekerjaan. Sementara saya dan anak-anak lebih memilih tinggal di rumah.

 Seingatku hanya sekali kami nginap di hotel selama setahun lalu. Itu pun karena terpaksa. Hotel depan RS PMI, karena saat itu Ara sedang diopname,  sementara adiknya tidak bisa ikut ke ruang perawatan karena aturan rumah sakit yang cukup ketat selama pandemi.

 Beberapa kali suami ngajak ke liburan, tapi selalu kutolak. Sekalipun anak-anak juga memaksa. Sampai-sampai tiap kali Ara diajak liburan selalu mengeluarkan kalimat sakti “ harus jadi ya. Ga mau canceled melulu”, katanya. 

Beberapa waktu lalu kami sempat ke Taman Safari tapi hanya mutar seharian dengan protokol kesehatan ketat. Tiap selesai memberi makan hewan-hewan, tangan diberi handsanitizer. Saking seringnya bau wortel dan wangi handsanitizer bercampur menciptakan bau yang lucu.

Akhir Maret kemarin, kami memutuskan untuk ke liburan kembali. Kali ini menginap. Tujuannya ke Anyer. Saya tidak lagi menolak. Setahun di rumah membuat saya bosan. Anak-anak pun rindu bermain. Kangen berenang.  Saya pun mengepak barang.  Pakaian berenang. Cemilan. Tak lupa masker sekotak serta berbotol-botol alkohol.

 Ke Anyer Lewat Cilegon

Sumber Foto di sini


Saya tidak punya gambaran tentang Anyer. Yang pasti tempat ini menjadi pilihan orang Jakarta untuk melihat pantai. Berikutnya pernah terjadi Tsunami beberapa waktu lalu di sana. Kupikir Anyer adalah kabupaten tersendiri saking terkenalnya. Hahahaha. Maafkan pengetahuan Geografi saya. Saking seringnya dengar tentang Anyer di tivi tanpa benar-benar tahu tempatnya bagaimana.

Menurut Google Map, jaraknya sekitar 2-3 jam dari Bogor. Namun, rasanya perjalanan lebih jauh dari itu. Mungkin karena tidak sabar untuk sampai jadi perjalanan terasa lama. Ara sampe harus bertanya tiap 30 detik apakah kami sudah sampai atau belum. 

Setelah melewati Tangerang dan terus melewati jalan tol yang terasa gersang dan sepi sampai ke Cilegon, hawanya udah berbeda dari Bogor. Sepanjang jalan terasa panas dan gerah. Matahari bersinar terik. Menembus kaca mobil.

Memasuki Kabupaten Cilegon sepanjang jalan dipenuhi pabrik-pabrik besar yang menjulang tinggi. Dengan konstruksi tiang dan kabel listrik yang rumit.  Bangunan-bangunan tabung besar dengan tangga meliuk-liuk. Menara-menara tinggi dengan asap yang membumbung di puncaknya.  Ini pertama kalinya saya melihat begitu banyak pabrik di satu kawasan. Menyaksikannya saja membuat saya berpikir orang macam apa yang harus bekerja di tempat ini. Yang pasti untuk mengoperasi pabrik-pabrik itu bukan anak jurusan ilmu komunikasi.



Selama ini bangunan  yang paling mendekati pabrik yang pernah saya lihat, hanyalah pembangkit listrik di Tello, Makassar. Dengan dua menara tinggi serupa Two Towers di film Lord Of The Rings. Melihat rerimbunan pabrik di Cilegon terasa seperti memasuki dimensi lain. Selama ini kota-kota yang saya tahu hanyalah pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Tapi Cilegon jauh dari itu. Saat melihat pabrik-pabrik itu, saya berpikir “Wah, investasi pabrik-pabrik ini pasti sangat besar”. Sesekali saya mencari tahu nama pabriknya dan bertanya-tanya mereka listing di bursa mana. LOL. 

Melewati Cilegon, kami memasuki wilayah kabupaten Serang. Nah Kabupaten Serang seperti kabupaten kebanyakan. Rumah penduduk di pinggir jalan. Lahan hijau yang penuh tumbuhan. Udah berasa Indonesia pokoknya.   Berkendara terus hingga menemukan daerah pesisir. Ternyata Anyer adalah kecamatan yang sepanjang pesisirnya adalah pantai. Ada dua gunung yang mencuat dari dalam lautnya. Salah satunya anak Krakatau.



Sangat gampang melihat pantai dan  menemukan pondok-pondok wisata untuk disewakan. Sepanjang jalan adalah pantai umum yang bisa dikunjungi. Hotel-hotel pun bertebaran. Mulai dari yang paling murah hingga setara Aston yang mewah.  Tapi tidak seperti Puncak Ciawi yang meski kecamatan namun sangat ramai hingga terasa seperti kota,  Kecamatan Anyer tidak begitu ramai. Jika musim liburan sepi, daerah ini hanyalah kecamtan biasa.  Yang membedakan hanyalah sangat mudah menemukan resort-resort untuk menginap. 

Jangan Lupa Bawa Beras dan Lauk



Karena konsep wisatanya rata-rata adalah resort, cottage, dan penginapan yang menampung banyak orang maka jangan berharap fasilitas free breakfast. Awalnya kupikir seperti hotel di kota-kota besar yang ada free sarapan, nyata tidak.  Penginapan-penginapan yang ditawarkan kebanyakan sudah  dengan dapur untuk memasak. Jadi kalo wisata ke Anyer sekampung ga masalah. Ruangan tidurnya besar-besar dan menyediakan area buat masak-masak. Semakin ramai, semakin seru!
 

Kami menginap di Hawaii Villa Resort.  Dengan dapur yang begitu luas tapi semangat masak yang sangat minus konsep Family suite seperti ini tidak cocok dengan saya. Saya tipikal yang pengen bangun pagi trus turun ke restoran buat sarapan. Untuk sarapan di restoran rata-rata harus merogoh kocek sekitar 50ribu perporsi.  Cukup mahal mengingat harga satu kamar sekitar 600-700ribu. Seperti hotel-hotel bintang empat di Jakarta. Tapi, jangan khawatir Alfamart dan Indomaret selalu menyediakan Popmie beraneka rasa. 

Di Hawaii Resort ini ada banyak kolam renang yang bisa dipilih. Mulai dari kolam anak-anak. Kolam dengan seluncuran besar. Serta kolam untuk dewasa. Juga punya akses ke pantai jika ingin bermain pasir dan merasakan ombak. Sayangnya, kamarnya  agak apek. Khas hotel tua. Kolamnya pun tidak terlalu bersih.

Karena muka keliatan kusut, suami menyarankan pindah hotel. Jadilah kami pindah ke resort yang lain. Kali ini kami memilih Villa Ubud. Villa Ubud seperti  kompleks kecil. Ga ada akses ke pantai karena tempatnya di seberang pantai. Ada ruang dapur, hanya saja tidak ada kompor dan peralatan makanan yang disediakan. Tak ada sarapan gratis. Seporsi sarapan yang harus diorder sebelum jan 9 malam sehari sebelumnya seharga 50ribu perporsi. Yang menarik adalah ada kolam kecil yang bersih. Cukup buat berendam dan berenang satu kali nafas. Kata suami tempat ini sangat cocok untuk isolasi mandiri. Wifinya kencang. Pesanan makanan diantar sampai ke depan kamar. Kalo pengen hiburan, tinggal buka jendela nyemplung di kolam. Hari kedua di Anyer, kami memilih berendam di kolam kecil tanpa menjelajah di pesisir Anyer. 



Liburan konsep cottage seperti ini emang paling cocok di tengah pandemi. Akses bertemu orang lain sangat terbatas. Terisolasi dan aman. Ara dan Anna sampe berkali-kali mandi di kolam karena benar-benar pool private meskipun sekecil bak mandi. . Ternyata selain kami ada banyak orang yang juga liburan ala isman ini. Terbukti dengan cukup ramainya rumah-rumah mungil di samping kanan, kiri, dan depan kami.Liburan dua hari ke Anyer sedikit banyak membantu kami melepas penat.  Anak-anak bergembira, Emak dan Bapaknya juga terhindar dari cabin fever.

(Bogor, 05/4/2021)

 

Comments

Popular posts from this blog

Indecent Proposal

sumber foto : tvtropes.org Seorang bilyuner menawariku one billion dollar untuk one night stand dengannya. Aku bingung. Aku dan suami sedang tidak punya uang dan satu juta dollar begitu banyak. Mampu membiaya hidup kami. Disisi lain aku  mencintai suamiku, rasa-rasanya ini tidaklah patut. Tapi kami benar-benar tidak punya uang. Aku ingin melakukannya untuk suamiku. Aku mencintaiku dan tidak ingin melihatnya terlilit utang. Kami memutuskan mengambil tawaran itu. This is just sex bukan cinta. Ini hanya tubuhku. Aku dan suami memutuskan setelah semalam itu, kami tidak akan mengungkitnya lagi. Setelah malam itu. Kami berusaha menebus  properti kami yang jatuh tempo. Sayangnya, bank telah menyita dan melelangnya. Seorang pengusaha telah membelinya. Kami putus asa. Suamiku tiba-tiba berubah. malam itu, Ia mempertanyakan apa yang saya dan bilyuner itu lakukan. Padahal kami sepakat untuk tidak mengungkitnya. Saya menolak menjawab pertanyaannya. Saya tidak ingin lagi menginga...

Sengsara Membawa Nikmat

  Judul : Sengsara Membawa Nikmat Penulis : Tulis Sutan Sati Penerbit : Balai Pustaka Midun, lelaki muda baik budinya halus pekertinya disukai warga sekampung. Namun, hal ini menciptakan kebencian Kacak, kemanakan Tuanku Laras, kepada Midun. Segala cara dilakukan Kacak untuk menjebak Midun. Hingga akhirnya ia menyewa pembunuh untuk menghabisi nyawa Midun. Untungnya, Midun masih mampu menghindar dari tikaman pisau. Namun perkelahian itu menjebloskan Midun ke penjara. Membuatnya terpisah dari keluarganya. Penderitaan tak berhenti di situ, di penjara pun Midun menerima siksaan. Hingga masa ia bebas, ia memilih tak pulang ke Bukit Tinggi. Ia memilih mengadu nasib ke Betawi mengantar Halimah, perempuan yang ditolongnya pulang ke Bogor. Di tanah Jawa inilah lika liku hidup membawanya menjadi asisten demang dan pulang ke tanah Padang.  Judul buku ini cukup mencerminkan cerita lengkap sang tokoh utama. Kemalangan silih berganti menimpa sang tokoh utama. Namun berpegang pada keyakinan ...

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang pen...