Skip to main content

Gelombang : Gulungan Cerita Yang Menghempas

 

 

Membaca Gelombang kulakukan dengan perlahan. Tidak seperti buku sebelumnya, Partikel yang habis sekali duduk. Aku menganalogikannya seperti coklat mahal yang ingin aku cicipi sedikit-sedikit. Takut ketika habis aku tidak lagi bisa mengingat rasanya. Jarak antara terbitnya Partikel dan Gelombang, tidak sejauh Petir dan Partikel. Marathon Partikel untuk memuaskan dahaga akan kerinduan lanjutan serial Supernova yang entah pada masa apa aku mulai mencintainya.

Gelombang seperti kata sang Penulis, Dee, dibuat dengan rentetan disiplin dan deadline yang terencana. Sehingga jarak lahirnya dengan Partikel cukup cepat dibanding Petir dan Partikel. Aku menyesapnya sedikit-sedikit membiarkan Alfa Sagala bercerita pelan tentang dirinya. Menikmati tiap gigitannya sembari berharap tidak bertemu halaman terakhir.

Gelombang berkisah tentang bocah lelaki Batak bernama Thomas Alfa Edison Sagala. Berkampung di Sianjur Mula-Mula, sebuah tempat yang dipercayao sebagai asal mula suku Batak. Di usianya yang ke duabelas tahun saat kampung mengadakan ritual adat untuk meminta restu pada Roh Raja Uti, hidupnya berubah. Ia melihat sebuah makhluk hitam bersayap, tinggi, besar bermata kucing. Jaga Portibi. Makhluk yang selalu muncul dalam mimpi yang menyeramkan. Sejak malam itu ia memilih menolak tidur, hingga hidup membawanya bertualang ke Amerika, ke Tibet hingga kembali harus pulang ke Indonesia.

Kisah Alfa, mengingatkan aku pada film The Inception. Orang-orang yang mampu mengendalikan mimpi secara sadar dan bertualang di dalamnya. Tapi kisah Gelombang ini lebih kompleks dari sekedar masuk ke alam mimpi dan berusaha mengontrolnya. 

Kisah Alfa Sagala adalah kisah yang keras, kuat, manly, dengan sangat sedikit bumbu melankolis. Jika cerita Zahra dalam Partikel mampu membuat pembaca merasakan sedih, patah hati dan kekecewaan Zahra, maka pada Gelombang sangat sedikit scene yang menguras emosi. Alfa digambarkan sebagai sosok yang macho dan menantang ketakutannya. Ia berbeda dengan Bodhy pada buku Akar yang bersifat pemikir, Alfa adalah pemimpin. Sosok yang menjadi kunci pembuka cerita utuh Supernova ini. 

Saya pun jatuh cinta pada Alfa. Bumbu percintaan tidak banyak diumbar disini. Jangan berharap ada kisah cinta meye-meye seperti di Partikel. Namun, patahhati tetap ditambahkan oleh Dee. Tapi bukan Alfa yang merasakannya, melainkan perempuan yang jatuh cinta padanya itu pun di seperempat bagian akhir buku. 

Menurut saya memang lebih emosional dan dramatis membuat Zahra sakit hati daripada Alfa. Lagian kisah cinta Alfa berlanjut pada Ishtar, yang (saya berharap) akan ada di buku berikutnya. Bagian favoritku di cerita Gelombang ini adalah ketika mulai terbuka lembaran-lembaran cerita tentang maksud buku Supernova ini.  

 

Seperti sebuah rahasia yang dibuka sedikit demi sedikit, namun bentuk utuhnya masih belum mewujud. Aaarrgghhh. Ini bikin frustrasi. Cuma penulis dan otaknya yang tahu bentuk utuhnya dan ini sangat membuat saya penasaran. Oke, inilah kelebihannya Dee. Selain diksi-diksi asyik yang tak bosan saya baca. 

Hingga buku kelima Supernova ini selesai saya baca, saya masih meraba-raba apa yang akan terjadi pada cerita akhir. Apa hubungan keenam orang ini. Masih ada dua lagi setelah Akar, Petir, Partikel, dan Gelombang. Kemudian di buku pertama, Putri, Kesatria dan Bintang Jatuh siapa? Ahhh....saya harus kembali membaca buku pertama untuk mencari petunjuk. Juga pada buku kedua, Akar. Ada Isthar di sana yang bertemu dengan Bodhy. Isthar yang mengaitkan cerita mereka.  Rasanya seperti menautkan puzzle-puzzle yang rumit. Membaca  kembali kesemua serial Supernova seperti meneliti keping demi keping untuk mencari benang merah. Dan kepingan terakhir dan yang paling penting ada diimajinasi Dee. Can't wait!!!!! 

*Tulisan ini diikutkan pada lomba Resensi Gelombang Dee's Coaching Clinic

Bogor, 27 Februari 2015


Comments

  1. Review Gelombang ini kebanyakan jelek ya kak ^^ entahlah saya belum tertarik membaca buku-buku Dee

    ReplyDelete
  2. Like it! Semoga berhasil Mbak ^^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ollo Si Beruang

Ollo si Beruang Di sebuah hutan yang lebat dimana pohon-pohon menjulang tinggi. Akar-akarnya belukar di tanah. Rumput-rumput lebih hijau dari yang pernah kamu lihat. Di dalam hutan semua binatang hidup bersama mengikuti hukum alam. Jangkrik-jangkrik dan serangga mengkolaborasikan suara yang harmonis bersama bunyi bunyi gesekan dahan, dan daun berguguran. Di hutan ini, jauh di dalam hiduplah seekor beruang. Ia bernama Ollo. Ollo sangat bahagia hidup di hutan. Di sini dia berteman dengan imut si semut. Imut tinggal di bawah tanah di samping pohon yang Ollo jadikan rumah. Tak cuma imut si semut, Ollo juga berteman Acil si kelinci. Mereka sering berkumpul dan bercerita. Atau kadang bermain di sekitar lapangan tempat mereka tinggal. Tempat tinggal mereka jauh di dalam hutan. Di sana terdapat tanah lapang yang tak terlalu luas. Rumput-rumput tumbuh tapi tidak terlalu tinggi.Di balik rumput-rumput itulah Acil si Kelinci membuat sarangnya. Ada batu-batu besar yang berongga yang menjad

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling

Pada Sebuah Beranda

Siapa yang tak mengenal bondan winarno. Presenter pembawa acara kuliner di televisi. Mempopulerkan istilah “Mak Nyus” untuk tiap komentar enak tentang makanan yang dimakannya. Tapi hanya sedikit yang tahu bahwa ia adalah seorang wartawan senior yang telah malang melintang di dunia jurnalisitik. Memiliki segudang pengalaman liputan. Bahkan pernah membuat salah satu laporan investigasi yang mengungkap sebuah kasus. Namun tak hanya sisi jurnalistik, Bondan Winarno pun seorang penulis sastra yang cukup ciamik. Beberapa waktu lalu seorang teman mengirimkan fotokopian kumpulan cerpen Bondan Winarno yang berjudul “Pada Sebuah Beranda”. Buku ini sudah lama aku cari di toko-toko buku. Namun tak kunjung aku temukan. Hingga seorang teman berbaik hati mengirimkan fotokopiannya yang bersumber di perpustakaan kotanya. Ada 25 cerpen yang dimuat dalam buku tersebut. Pada Sebuah Beranda ini diterbitkan oleh Bondan Winarno sebagai kado ulang tahun untuk dirinya sendiri yang dalam istilahnya “Celebrat