Skip to main content

Pantai Ramai, Pantai Kumuh

Beberapa waktu lalu saya mengunjungi pantai bira yang terletak di bulukumba, sulawesi selatan. Ini kedua kalinya saya berkunjung ke pantai ini. Pertama kali ke bira sekitar tiga tahun lalu. Pantai bira telah menjadi objek wisata yang lumayan terkenal di sulawesi selatan. Garis pantainya yang cukup panjang, pasirnya yang putih dan halus menjadi oase menarik untuk para wisatawan. Tiga tahun lalu pedagang belumlah ramai berjualan di sepanjang jalan masuk. Toko souvenir hanya ada satu itu pun agak jauh dari bibir pantai. Jualannya pun tak ada khas Bira. Yang ada malah baju bertuliskan Bali. Pengrajin kulit kerang hanya berjualan di sekitar pantai. Itupun hanya dua lapak. Warung makan yang menyediakan kopi di pantai sama sekali tidak ada. 

Saya membawa kenangan itu kembali saat hendak berkunjung ke Bira untuk kedua kalinya. Saya berharap akan menemukan kembali pantai yang cukup "sunyi" dari berbagai aktivitas perdagangan. Khayalan saya cukup jauh dari kenyataan. Puluhan lapak pedagang memenuhi sepanjang jalan masuk. Menjual berbagai macam baju kaos bertuliskan i love Bira, celana pantai, hingga sarung pantai. Kerajinan kerang-kerangan mulai dari bros-bros kecil, gelang, hingga pohon-pohon berbunga kerang dijual. Kue tradisional berupa karasa dan emping melinjo yang dibaluri gula merah. Harga pun sangat terjangkau. Baju kaos ukuran besar seharga 35000 rupiah. Sarung bali seharga Rp. 25.000. Kerajinannya berkisar dari Rp. 5.000 hingga ratusan ribu tergantung jenis dan ukuran. Untuk kue tradisional dapat dibeli dengan harga Rp. 35.000 untuk dua kotak.

Pantai Bira membuka ruang kreativitas untuk warga lokal memasarkan produk lokal khas daerah. Objek wisata ini juga menjadi peluang bisnis untuk masyarakat sekitar. Puluhan warung kaki lima berdiri disepanjang pantai menyajikan makanan dan minuman. Tak cuma warung yang makin ramai, hiburan berupa banana boat seharga Rp. 100.000 untuk tujuh orang dan fasilitas untuk menyeberang ke pulau terdekat seharga Rp. 250.000 pulang pergi juga tersedia. 

Ramainya aktivitas perdagangan di daerah wisata ini berimbas pada kebersihan pantai. Pasir putih tercemar dengan sampah- sampah plastik. Ini tidak hanya terjadi di pantai Bira. Kemarin saya sempat berkunjung ke pantai Nirwana di Baubau. Sampah-sampah berserakan. Bungkus jagung rebus yang dibuang sembarangan, botol mineral, serta sampah yang terdampar di pantai menjadikan pantai-pantai ini begitu jorok. Rumah-rumah singgah yang dibuat masyarakat sekitar untuk disewakan pun sangat kotor. Para pemiliknya hanya sekedar memungut bayaran untuk penyewaan seharga Rp. 20.000 perjam tanpa memperhatikan kebersihannya. Bahkan tempat untuk membuang sampah pun tidak disediakan.

Di satu sisi kehadiran pantai yang menarik wisatawan memberikan peluang usaha untuk masyarakat sekitar. Namun disisi lain, lapak-lapak yang dibangun tanpa penataan yang bagus menyajikan perwajahan yang kotor terhadap pantai. Belum lagi kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan baik dari wisatawan maupun masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pantai menambah noda-noda hitam di pasir pantai yang putih. 

Sore itu saya merasakan sedikit jengah memotret matahari terbenam yang begitu indah di pantai Nirwana sembari berdiri diantara pasir putih kotor yang penuh sampah. Foto sunset itu mengambarkan point of view nirwana yang mampu membuat iri semua orang, tapi saya yakin sampah-sampah yang berhamburan pun membuat mereka memandang miris. (*)

Comments

  1. Miris ya Kak. Lagipula, dengan dibukanya suatu lokasi seperti pantai jadi tempat pariwisata tidak dibarengi dengan responsibility tinggi untuk menjaga lokasi tersebut dari sampah dan kotor. Sepertinya, pariwisata hanya menguntungkan beberapa pihak, namun tidak kembali pada konservasi lokasi yang seharusnya jadi konsentrasi utama. :(

    ReplyDelete
  2. Wah, fotonya keren-keren! Jadi pengen main ke sana juga, deh. Soal sampah itu memang sangat disayangkan, ya. Kok sebel banget ya nggak ada kesadaran dari turis-turis untuk menjaga tempat kunjungan mereka. Padahal kan kalo kotor banget ya mereka juga yang nggak nyaman. Hmm. :/

    Udah lama banget ya saya nggak main ke sini, ternyata sudah pulang ke Indonesia. Selamat datang kembali... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih sudah pulang. hehehehe. Pantainya milik warga, jadinya warga seenaknya bikin kotor.

      Delete
  3. sampah yg ada jd mengganggu pemandangan

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. padahal sunsetnya cantik banget :(

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tips Memilih Majalah Anak Untuk Buah Hati

Menanamkan hobby membaca pada anak perlu dilakukan sejak dini. Kebiasaan membaca haruslah dimulai dari orang tua. Memberi akses pada buku-buku bacaannya salah satu langkah penting. Namun, membacakan cerita dan mendapatkan perhatian anak-anak merupakan tantangan tersendiri.  Ara dan Buku Bacaannya Saya mengalaminya sendiri. Ara (3 tahun) cukup gampang untuk bosan. Memintanya fokus mendengarkan kala saya membacakannya buku cukup susah. Pada waktu-waktu tertentu ketika dia menemukan buku yang menarik perhatiannya, dia dengan sukarela memintaku mengulangnya berkali-kali. Namun, ketika saya membacakannya buku yang tidak menarik minatnya, dia memilih bermain atau sibuk bercerita sampai saya berhenti membaca. Untuk menarik minatnya akan buku, setiap kali ke toko buku saya membiarkannya memilih buku apa yang ingin dia beli. Kebanyakan pilihannya ada buku cerita dengan karakter favoritnya, Hello Kitty. Untuk buku anak- anak pilihanku, syaratnya adalah ceritanya pendek, kalimatnya mudah ia paham

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar