Skip to main content

Kami Geger Budaya

Dua minggu lebih saya dan Ara tiba di Indonesia. Sebelum pulang kupikir saya nda bakal berubah. Maksudku saya takkan membandingkan antara Athens dan Indonesia. Takkan mengatakan bahwa disana lebih baik dan di sini kurang baik. Saya lahir di sini dan telah memahami medan. Bukan sebuah alasan untuk lebih menyukai tempat orang lain.

Tapi, saya tidak bisa mengabaikan sisi manusiawi saya. Terpengaruh lingkungan, mengubah cara berpikir. Beberapa hari pertama saya sempat menggerutu Temperatur yang panas. Berkeringat dan kulit terasa berdebu. Udara penuh polusi, bising, dan kotor. Terutama di kota besar. Orang-orang yang tidak ramah. Jalanan yang tidak ramah pada stroller bayi saya, termasuk lorong-lorong mall yang penuh dengan orang berjejalan. Terpaksa naik tangga sambil mengotong stollernya Ara layaknya mengangkat tandu. Jalanan yang aempit, trotoar yang sama skali rak ada untuk pejalanan kaki.

Ara pun mengalami geger budaya. Tapi cukup berbeda dengan saya, ia melihat dengan penuh eksotika. Ia pertama kali melihat kucing di sini. Kucing liar yang kurus. Tidur di pasir bersebelahan dengan kotorannya. Setiap kali melihat kucing dia akan berteriak "miaw" kemudian mengejar kucingnya. Suatu kali kucingnya lari masuk ke kolong mobil, tanpa pijir panjang Ara segera tengkurap di jalanan yang kotor sambil ngintip miaw. Tindakan yang biasa dia lakukan saat main di lapangan bersama saya saat di Athens. Sesuatu yang tak perlu saya larang dia lakukan, namun ketika dia tengkurap di jalan sambil intip-intip kucing, rasanya ingin segera mengangkatnya ke kamar mandi dan mencuci seluruh badannya. 

Sanitasi Ara yang paling mengganggu pikiranku. Terkadang dia memnum air mandinya yang biasa dia lakukan di Athens. Ia sangat suka bermain keluar. Baginya keluar rumah adalah surga, sesuatu yang jarang kami lakukan saat di Athens. Setiap kali pintu terbuka dengan segera ia akan berlari ke pintu dan menolak keras saat dihalau masuk. Ia menyukai memberi makan ayam, melempar batu ke pengairan dekat rumah, atau melompat di genangan air depan jalan. Semua hal eksotik yang tak pernah ia temukan di Athens. Ketika melihat anjing, dengan penuh semangat ia berlari mengejarnya. Ia tidak tahu bahwa anjing-anjing di sini liar, kotor, dan tidak segang menggigit. Ketika melihat laba-laba, dia akan mengatakan padaku "itsi" sambil meniru gerakan jari untuk menyanyikan lagu itsi bitsi spider. Bernyanyi keras ketika melihat cicak di dinding dan memaksa saya ikut bernyanyi. 

Satu yang saya syukuri, kami lumayan adaptif. Terkhususnya buat saya pribadi. Dua minggu telah membuat saya kembali merasa biasa saja ketika Ara mulai bermain di luar bersama Khanza sambil mengorek-ngorek pasir. Ke kandang ayam , atau bermain lumpur. Kupikir, Ara lahir disini, dia punya iminitas terhadap penyakit-penyakit tropis. 

Saya pun tidak  tinggal di kota metropolitan penuh mobil dan berdebu. Saya tak perlu stres dengan cuaca panas dan polusi. Sekalipun sempat mengalami geger budaya, but it always feels great to be back. Ikan segar, kue tradisional, dan bahasa yang tak perlu dipikirkan untuk diberi respon. Kupikir, Ara pun senang bisa kembali. Indonesia begitu eksotik untuk dia jelajahi. 

Bone, 3 Juni 2013

Comments

  1. Salam bwt ARA yg cute itu ya, Mbak!!

    ReplyDelete
  2. Ara, lagi.... culture shock hehehe "cium"

    ReplyDelete
  3. hallo Dwi..

    salam kenal ya, barusan juga drop comment ke blog suaminya. saya suka blog kalian berdua. sederhana dalam menyampaikan segala pesan dan informasi kehidupan dalam keseharian. positif sekali.

    slama ini hanya silent reader saja. semoga walaupun sudah kembali ke tanah air selalu update dengan cerita2nya. oh ya,saya sukaaa sekali liat video Ara. she's adorable.

    well, ditunggu for your next stories :)

    ReplyDelete
  4. selamat mewarnai Indonesia dg wawasan yg kamu dapatkan dari sana, Dwii :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih ribka. lama nda jalan2 ke blogmu :D. maaf y

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ollo Si Beruang

Ollo si Beruang Di sebuah hutan yang lebat dimana pohon-pohon menjulang tinggi. Akar-akarnya belukar di tanah. Rumput-rumput lebih hijau dari yang pernah kamu lihat. Di dalam hutan semua binatang hidup bersama mengikuti hukum alam. Jangkrik-jangkrik dan serangga mengkolaborasikan suara yang harmonis bersama bunyi bunyi gesekan dahan, dan daun berguguran. Di hutan ini, jauh di dalam hiduplah seekor beruang. Ia bernama Ollo. Ollo sangat bahagia hidup di hutan. Di sini dia berteman dengan imut si semut. Imut tinggal di bawah tanah di samping pohon yang Ollo jadikan rumah. Tak cuma imut si semut, Ollo juga berteman Acil si kelinci. Mereka sering berkumpul dan bercerita. Atau kadang bermain di sekitar lapangan tempat mereka tinggal. Tempat tinggal mereka jauh di dalam hutan. Di sana terdapat tanah lapang yang tak terlalu luas. Rumput-rumput tumbuh tapi tidak terlalu tinggi.Di balik rumput-rumput itulah Acil si Kelinci membuat sarangnya. Ada batu-batu besar yang berongga yang menjad

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

Parende Mama Jana

Apa makanan khas Buton? Saya tidak menemukan perbedaan yang begitu mencolok antara makan khas Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Kalo soal jenis dan macam, maka Sulawesi Selatan juaranya. Tapi itu bukan berarti di Pulau Buton khususnya di Baubau nda ada kuliner enak.  Daerah ini terkenal dengan makanan khas bernama Kasuami, terbuat dari tepung singkong yang dikeringkan. Tapi, entah kenapa sampai sekarang saya belum berniat mencicipinya. Selain Kasuami ada juga makanan khas yang lain. Namanya ikan Parende. Masakan ikan dengan cita rasa yang khas yang berbeda dengan Pallu Mara di Sulsel.  Meski sama-sama ikan masak, antara olahan antara parende dan pallu mara cukup berbeda. Jika pallu mara menekankan pada ikan bolu dengan banyak kunyit dan asam serta diberi sedikit gula merah, maka ikan parende menggunakan ikan laut yang entah apa namanya. Rasa kecutnya diperoleh dari belimbing atau mangga.  Di Baubau saya telah mencoba tiga masakan Parende di tiga tempat makan berbeda. Tidak ada pe