Skip to main content

Setahun Kepergianmu….

Lelah. Aku pejamkan mataku sejenak. Mata yang mungkin telah kering oleh air mata saat itu.tak perlu kubercermin untuk memastikan lingkar-lingkar hitam dikantung mataku. Sesaat semua tampak baik-baik saja. Seperti biasa. Seperti lelap yang selama ini aku alami. Alam bawah sadarku benar-benar sedikit membuatku lupa pada sebab akan kantung-kantung hitam itu.

Tapi itu tak lama. Ketika lelap tak sanggup lagi menekan sadarku ke alam bawah, sebab-sebab kantung-kantung itu kembali memenuhi otakku. Kembali membuatku tersadar bahwa hidup adalah pertemuan dan perpisahan.

Ia berbaring disampingku. Aku hanya mampu menggenggam tangannya yang dingin. Yang tak lagi mampu membalas genggamanku. Tangannya telah kaku. Sesekali kuusap dahinya. Niatku hanyalah agar ia merasa tentram seperti aliran ketentraman yang selama ini selalu kurasakan saat ia mengusap ubun-ubunku. Ingin aku katakan lewat sentuhan itu bahwa aku berusaha mengalirkan rasa kasih sayangku yang mungkin tak pernah berbanding dengan miliknya. Aku hanya ingin ia tahu bahwa aku sangat sangat menyayanginya.

***
Siang beranjak menjadi senja kala itu. Ketika aku tiduran di sampingnya dan menciumi bau khas tubuhnya. Aku masih sekolah dasar kala itu. Entah kelas berapa. Iseng-iseng aku bertanya padanya,
“Apakah dirimu tak pernah merindukan ibumu dan ayahmu yang telah meninggal?”
Iya menjawabku “tentu saja aku juga rindu. Tapi tak ada cara untuk bertemu. Membacakan ayat suci dan mendoakan mereka satu-satunya pengobat rindu ini”.

Saat itu aku masih tak pernah memahami rasa ditinggalkan, pergi dan tak kembali. aku membayangkan diriku takkan mampu berada di posisinya. Aku tak bisa hidup tanpanya.

***
Mobil itu melaju membawa kami pulang. Pulang ke rumah. Ke rumah yang selalu tak pernah ia tinggalkan dalam waktu lama. Rumah yang selalu ia ingat ketika bepergian jauh dalam waktu yang relative cukup singkat. Kebun kecil di samping rumah dan beberapa ternak yang selalu diingatnya.

Tapi kala ini, ketika ia terbaring kaku, dia tak lagi pulang untuk tempat yang selama ini kami sebut sebagai rumah. Tak lagi pulang untuk kebun sayur dan ternaknya. Atau untuk pohon kakao yang ada di kebun belakang. Kali ini ia pulang ke tempat yang benar-benar menjadi rumah kembali yang sesungguhnya. rumah yang selalu ia ingat di tengah sholatnya.

Aku hanya bisa mengantarnya pulang ke rumah yang kami sebut rumah. Tak bisa bersamanya pulang ke tempat kembali yang sebenarnya. Tapi kurasa ia tetap berbahagia. Bisa berbaring disamping kebun sayur dan di tanah yang selalu ia tempati untuk menumbuhkan berbagai macam tanaman.

***

Aku tak bisa hidup tanpanya. Rasa itu yang terpatri kala aku belum merasakan sebuah kepergian yang memastikan tak ada kata kembali. Tapi, setahun lalu, seperti hari ini aku menyadari bahwa hidup adalah dualitas. Hidup adalah mati. Dan pergi adalah pulang.

Aku pernah membaca sebuah novel entah karangan siapa. Tentang seorang ibu dan anak gadisnya. Sang ibu mengatakan “jika suatu saat nanti engkau merasakan bahwa cintamu padaku akan memudar dan dirimu menemukan rasa cinta yang melebihi cintamu padaku, itu tak apa-apa. Karena pada dasarnya kamu telah membangun rumahmu sendiri pada cinta itu. Saat itu, tak akan apa-apa jika aku meninggalkanmu. Meninggalkan rumah yang telah kubangun di hatimu”.

Dan aku menyadari bahwa setiap kepergian berarti sebuah kepulangan. Cukup kita tahu dimana kita berpijak saat itu….

Seperti ia yang telah membuat rumah di hatiku. Aku tahu ia tak pernah benar-benar pergi. Ia menjelma dalam keseharianku. Karena aku pernah menjadi bagian dari dirinya. Dan aku masih bisa bertahan di sini karena cintamu. Cinta yang tak pernah padam meski dirimu tak lagi mewujud.

Damailah di surga milik Tuhan, Ma…. Aku merindukanmu….

Comments

  1. sedihnya dwi...
    sy merasakan orang orang yang telah pergi untuk pulang itu dan entah bagaimana nasib kita yang masih hidup untuk mati ini

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Di Braga Saya Jatuh Cinta Pada Bandung

Hampir 10 tahun tinggal di Bogor, sepertinya hanya tiga kali saya ke Bandung. Di tiap kedatangan itu Bandung selalu memberikan kesan tersendiri buat saya. Kali pertama ke Bandung, tahun 2013. Kala itu belum pindah ke Bogor. Saya, suami, dan Ara yang masih berusia 3 tahun menghadiri acara nikahan teman di Jogjakarta. Ala backpacker kami lanjut naik kereta ke Bandung. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama yang bikin pantat tepos. Belum lagi sambil momong anak yang pastinya ga begitu nyaman duduk di kereta. Dalam kelelahan kami menjelajah Bandung. Belum ada gocar atau grabcar kala itu. Seingatku kami hanya ke gedung sate. Itu pun sambil jalan kaki. Bandung ini first impression tidak berhasil membuat saya kagum. Kami ke Cihampelas Walk. Selain malnya yang berkonsep eco friendly, tidak ada yang istimewa. Bandung failed to make me wowing.  Perjalanan kedua kala Anna hampir dua tahun. Pakai mobil via Cianjur. Berangkat jam 5 pagi. Ketemu macet di Cianjur. Jam masuk kerja para peg...

Guide To Understand Nobunaga Concerto

Seminggu lalu iseng ngikutin Dorama Nobunaga Concerto di Waku-Waku Japan. Saya bukan penggemar Dorama Jepang. Tapi kadang iseng menonton drama atau filmnya. Beberapa kali nemu yang cukup menarik di Waku-Waku Japan. Selain itu jumlah episodenya lumayan sedikit dibanding rata-rata drama korea serta jam tayang yang tiap hari di Waku-Waku Japan cukup membuat dorama-dorama ini gampang diikutin. Awalnya kupikir Nobunaga Concerto ada hubungannya dengan musik. Sesaat setelah membaca sinopsisnya tentang seorang anak SMA yang tiba-tiba jatuh pingsan dan terbangun di Zaman Sengoku, saya pun tertarik menonton episode pertama yang kemudian membuat saya penasaran akan endingnya. Eits, sebelum cerita lebih banyak, Guide di sini hanya berlaku untuk Dorama dan filmnya saja. Untuk komik dan animenya saya tidak nonton dan tidak terlalu tahu detailnya. OK! Lanjut. Nobunaga Concerto adalah komik berlatar sejarah Jepang yang ditulis oleh Ayumi Ishii sejak tahun 2009. Kemudian pada tahun 2014 diadaptasi ...