Skip to main content

Catatan Sebelum Konser

Demi Banner Thank You ini rela ngantri

16.28 di Ji Expo.  Duduk melantai sambil nunggu antrian masuk. Sendirian diantara ratusan orang yang juga ngantri. Memperhatikan baterai handphone.Sedapat mungkin menggunakan tenaganya sedikit-sedikit.

Tak lama lagi saya akan bertemu lima cowok bule pertama yang menyita perhatianku.  Saya harus merekam kejadiaannya.  Kejadian dimana saya akan melihatnya pertama kali dengan mata sendiri.


Anggaplah mereka pacar pertama.  Saya lebih suka menyebutnya Imaginary princes. Cowok-cowok yang menghiasi masa kecil dengan lagu-lagu hitsnya.  Mereka yang mengenalkan imajinasi tentang luar negeri.  Tentang Amerika.  Florida.  Orlando. Tentang bel natal, santa,  dan salju.


Selalu ada rasa melankolis ketika mendengar suara mereka sambil menatap langit dari jendela kamar.  Membayangkan seperti apa langit di tempat mereka berdiri.


Jikalau anak jaman sekarang punya BTS dan Super Junior.  Anak 90an  punya Backstreet Boys.  Dan bolehlah kami para fans berbangga setelah 26 tahun mereka tetap eksis. Tak bubar dan tetap menyanyi. Meski tubuh telah melebar dan anak-anak kian membesar.


Saya bukan die hard fans Backstreet Boys. Gelar itu boleh kau berikan pada kakak saya, yang saat ini ikut antri untuk MnG.  Ini konser pertama saya.  Sedangkan dia sudah yang kedua kalinya.  Menjadi fans Backstreet Boys emang butuh saling support.  Mulai dari butuh sama-sama teriak tiap lagunya tayang di MTV,  berburu poster harga 500rupiah di pasar dan dipasang di dinding kamar, hingga di tahun-tahun kami memiliki tumbuh besar berumah tangga, memiliki anak dan tetap ingin menonton konsernya.


Karena bukan die hard fans menyukai BSB itu seperti arus.  Pasang surut.  Masa-masa sekolah saat kakakku masih di rumah adalah masa-masa puncak.  Dari album pertama sampai ke empat saya kenali semua lagunya. 


Saat mulai kuliah,  bertemu teman dengan selera beragam membuat selera musik juga berubah. Album setelah greatest hits sudah tidak lagi akrab di telinga.  Beruntunglah buatku (jika boleh dikatakan demikian) masa-masa kuliah saya Backsreet Boys pun vakum. membuat saya mengenal banyak ragam selera musik yang juga sam kerennya. Dan tidak ketinggalan banyak soal Backstreet Boys. Namun,  Christmas Time Again memberi kesan yang dalam. Lagu itu keluar ketika saya berada di Amrik.  Ketika saya sudah menemukan jawaban bagaimana langit di Negeri BSB.


Lagu-lagu di album DNA ini adalah yang paling susah saya terima.  Nada-nada yang menghentak dan agak disko tidak cocok dengan telinga saya.  Untungnya beberapa lagu cukup menyenangkan di telinga. Lagu-lagu di album-album awal  BSB serupa siraman semangat untuk usia awal 20an tahun saya. Sedangkan album DNA ini terdengar seperti kontemplasi mendalam dari orang-orang dewasa. Mungkin karena BSB dan para fansnya adalah generasi 90an yang telah menjadi dewasa, berkeluarga, dan memiliki anak. Karenanya lagu No Place mampu membuat saya jatuh cinta sekali lagi pada ayah-ayah ini.  


Sebenarnya saya tidak ada niat menonton konser ini.  Hanya saja sesama fans harus saling support.  Karena kakakku sangat ingin nonton maka saya pun mengiyakan.  Meskipun saat membeli tiket ini delik mata suami cukup menghujam ke dada.


Karenanya saya memaksa kakak saya untuk ikut MnG.  Sekali seumur hidup nontonlah konsernya.  Sekali seumur hidup berfotolah dengannya.  Sekali seumur hidup berfotolah di walk of famenya di Hollywood.


Dan di sinilah kami.  Menunggu pintu membuka.  Tak sabar menyanyikan I Want It That Way.



26 okt 2019

Comments

Popular posts from this blog

Alas Kaki Nyaman, Hati Senang

  sumber foto : Facebook Be.Bob Kata seorang teman memilih alas kaki   sama seperti memilih pasangan hidup,   harus cari yang nyaman. Alas kaki nyaman buat saya adalah sandal jepit, tapi tidak semua kondisi pas dengan sandal jepit.. Saat kuliah saya pun dituntut memakai sepatu. Berhubungan karena ngekost maka alas kaki hendaknya memiliki syarat murah, kuat, dan tahan lama serta pas untuk model casual , feminine , atau sporty . Pilihan saya jatuh pada flat shoes . Karena kostku lumayan dekat dengan kampus, saya cukup jalan kaki. Sepatu yang saya kenakan harus bercumbu dengan berdebu dan beladus karena sinar matahari. Paling menyedihkan ketika musim hujan dan air menggenang, saya mengakalinya dengan jalan kaki menggunakan sandal jepit dan memakai sepatu saat tiba di kampus. Tak jarang saya harus menanggung malu karena persoalan alas kaki.  Pernah sekali saya diusir saat mengenakan sepatu sandal di perkuliahan yang dosennya mengharuskan menggunakan...

Di Braga Saya Jatuh Cinta Pada Bandung

Hampir 10 tahun tinggal di Bogor, sepertinya hanya tiga kali saya ke Bandung. Di tiap kedatangan itu Bandung selalu memberikan kesan tersendiri buat saya. Kali pertama ke Bandung, tahun 2013. Kala itu belum pindah ke Bogor. Saya, suami, dan Ara yang masih berusia 3 tahun menghadiri acara nikahan teman di Jogjakarta. Ala backpacker kami lanjut naik kereta ke Bandung. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama yang bikin pantat tepos. Belum lagi sambil momong anak yang pastinya ga begitu nyaman duduk di kereta. Dalam kelelahan kami menjelajah Bandung. Belum ada gocar atau grabcar kala itu. Seingatku kami hanya ke gedung sate. Itu pun sambil jalan kaki. Bandung ini first impression tidak berhasil membuat saya kagum. Kami ke Cihampelas Walk. Selain malnya yang berkonsep eco friendly, tidak ada yang istimewa. Bandung failed to make me wowing.  Perjalanan kedua kala Anna hampir dua tahun. Pakai mobil via Cianjur. Berangkat jam 5 pagi. Ketemu macet di Cianjur. Jam masuk kerja para peg...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...