Skip to main content

Karenanya Aku Bertanya

Ini pertama kalinya aku masuk kantor bank. Tempat yang berAC. Lantai dari ubin yang sering di pel. Kaca yang tak berdebu. Serta pegawai-pegawai yang cantik-tampan dan harum. Rasanya terdampar berada di ruangan seperti ini bagi saya. Semua terasa asing. Saya biasanya hanya bergelut dengan tanah berlumpur, matahari, bulir-bulir padi, serta kerbau pembajak sawah.

Jika bukan karena ibu maka saya tak akan menginjakkan kaki di tempat ini. Ibu yang bekerja sebagai tenaga kerja di negara tetangga memintaku lewat telepon untuk membuat rekening agar mudah mengirim uang di kampung. Sayalah yang didaulat sebagai pembuka rekening. Karena sayalah yang paling paham soal hitung-hitungan meski belajarnya otodidak.

Saya duduk di depan perempuan itu. Gemetaran. Untungnya ia tak memintaku mengisi biodataku sendiri. Perempuan tersebut tersenyum dan menanyaiku. Dari namaku hingga nama ibuku. Lantas ia menyodorkan polpen untuk kutandatangani formulir itu. Dengan grogi kuraih polpen itu dan membuat dua garis goresan yang gampang saya ulangi.

Perempuan itu tersenyum puas. Giginya tersusun rapi. Sapuan bedaknya tipis dan tidak menor. Bibirnya yang tipis selalu tersenyum. Ada rambut nakal yang sedikit berantakan keluar dari sanggulnya. Perempuan itu tetap melayaniku tak peduli ia berbau keringat dan matahari. Tiba-tiba saya jatuh cinta. Saya menyukai perempuan itu. Perempuan cantik yang selalu tersenyum menyambutku jika saya melangkahkan kaki masuk ke bangunan ber AC itu.

Saya makin rajin ke bank tersebut. Jika dulunya hanya sebatas mengecek kiriman ibu yang tidak menentu, kali ini saya datang seminggu sekali. Sekedar untuk melihat perempuan tersebut. Saya telah hapal rutinitasnya. Senin sampai kamis perempuan itu akan berbaju seragam dan menyanggul rambutnya. Sedangkan hari jumat ia akan mengurai rambutnya dan berbaju bebas. Saya selalu menyukai bagaimana pun dia.

Hingga suatu hari saya memberanikan diri bertanya" Halo, siapa namamu?"
Ia tertawa keras. Merdu dan membahana. Ia tak menjawabku. Hanya menatapku genit dan menunjukkan papan kecil yang tersemat di bajunya. Ia tidak pernah tahu bahwa saya memang benar-benar tidak tahu namanya dan tidak tahu membaca namanya. Bukan hanya namanya, tapi semua abjad. Saya benar-benar tidak tahu membaca.(*)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Alas Kaki Nyaman, Hati Senang

  sumber foto : Facebook Be.Bob Kata seorang teman memilih alas kaki   sama seperti memilih pasangan hidup,   harus cari yang nyaman. Alas kaki nyaman buat saya adalah sandal jepit, tapi tidak semua kondisi pas dengan sandal jepit.. Saat kuliah saya pun dituntut memakai sepatu. Berhubungan karena ngekost maka alas kaki hendaknya memiliki syarat murah, kuat, dan tahan lama serta pas untuk model casual , feminine , atau sporty . Pilihan saya jatuh pada flat shoes . Karena kostku lumayan dekat dengan kampus, saya cukup jalan kaki. Sepatu yang saya kenakan harus bercumbu dengan berdebu dan beladus karena sinar matahari. Paling menyedihkan ketika musim hujan dan air menggenang, saya mengakalinya dengan jalan kaki menggunakan sandal jepit dan memakai sepatu saat tiba di kampus. Tak jarang saya harus menanggung malu karena persoalan alas kaki.  Pernah sekali saya diusir saat mengenakan sepatu sandal di perkuliahan yang dosennya mengharuskan menggunakan...

Di Braga Saya Jatuh Cinta Pada Bandung

Hampir 10 tahun tinggal di Bogor, sepertinya hanya tiga kali saya ke Bandung. Di tiap kedatangan itu Bandung selalu memberikan kesan tersendiri buat saya. Kali pertama ke Bandung, tahun 2013. Kala itu belum pindah ke Bogor. Saya, suami, dan Ara yang masih berusia 3 tahun menghadiri acara nikahan teman di Jogjakarta. Ala backpacker kami lanjut naik kereta ke Bandung. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama yang bikin pantat tepos. Belum lagi sambil momong anak yang pastinya ga begitu nyaman duduk di kereta. Dalam kelelahan kami menjelajah Bandung. Belum ada gocar atau grabcar kala itu. Seingatku kami hanya ke gedung sate. Itu pun sambil jalan kaki. Bandung ini first impression tidak berhasil membuat saya kagum. Kami ke Cihampelas Walk. Selain malnya yang berkonsep eco friendly, tidak ada yang istimewa. Bandung failed to make me wowing.  Perjalanan kedua kala Anna hampir dua tahun. Pakai mobil via Cianjur. Berangkat jam 5 pagi. Ketemu macet di Cianjur. Jam masuk kerja para peg...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...