Skip to main content

Give Up

Hari ini entah kenapa aku merasa tak berada di mood baikku. Uring-uringan dan merasa pengen pulang. Aku harus menulis sesuatu. Jalan-jalan ke Museum seminggu lalu belum aku tuliskan di blog ini. Entah kenapa aku tiba-tiba kehilangan passion untuk menulis. Otakku terasa tumpul. Dan aku menangis akan itu.

Aku melalui hari tanpa sesuatu yang berarti. 24 jam berlalu begitu saja. Aku tak memaknainya dengan apapun. Aku seperti menghentikan hidupku di sini dan tak bergerak. Tak ada upaya yang begitu keras memulai segalanya. Aku merasa begitu lemah. Aku adalah pecundang yang cuma berani bermimpi. Tak pernah menjadi petarung yang benar-benar sanggup menantang dunia.

Aku menangisi diriku yang hanya mampu memandang iri dan melihat kelemahanku. Menyalahkan rutinitas dan waktu yang lowong adalah apology paling memalukan yang sering aku lakukan. Aku tak lagi tahu apakah aku tetap harus terus mempercayai bahwa mimpi memiliki kekuatan. Aku tiba pada titik bahwa mimpi itu bisa melenakan dan kau harus terbangun untuk mewujudkannya.

Hari ini adalah titik kulminasi itu. Sedih adalah sesuatu yang sunyi dan tak ada yang bisa menolongmu keluar dari lorong gelapnya kecuali dirimu sendiri. Aku merasakan jika hilang. Tembok-tembok bergerak menyempit. Memojokkanku di tengah-tengah dan tak mampu lagi bisa berlari.

Aku masihlah serupa anak kecil yang terlalu percaya pada cerita dongeng yang berakhir bahagia selamanya. Tak pernah mampu tersadar bahwa inilah realitas. Inilah dunia yang bergerak. Bumi pun tak pernah lelah berhenti mengelilingi matahari. Keajaiban tak pernah datang begitu saja layaknya seorang peri yang akan datang ketika putri terisak.

Imajiku terlalu jauh. Terlalu banyak detail yang aku lewati. Padahal sebuah cerita membutuhkan detail di dalamnya. Aku perlu sebuah kerinduan yang begitu hebat untuk memulainya. Aku menyerah saja.

"Sore kian menua. aku menunggumu di kafe ini. Kafe dengan view matahari terbenam di horizon laut. Aku tak membawakanmu apapun. Tak ada oleh-oleh dari perjalanan jauh ini. Aku lelah. Batinku lelah. Bertemu denganmu adalah sebuah oase yang menyejukkan. Melepas dahagaku. Aku hanya membawakanmu sebundel kertas berjilid spiral. Warnanya hanya hitam dan putih. Aku mendekapnya seperti ia adalah barang paling berharga di dunia. Aku masih menunggumu.

Maukah kau menjadi pembaca pertama?"

14 oktober 2010

Comments

  1. Padahal saya juga baru mau mengajukan draft (calon) cerpen, novel atau apakah entah apa itu namanya kepadamu :)

    ReplyDelete
  2. sorry, kayakx sy bakal berhenti menulis deh...huhuhuhuhu

    ReplyDelete
  3. jangan pernah menyerah. mungkin saya gagal menjadi yang terbaik utk memotivasimu. tapi setidaknya saya tak pernah lelah untuk menemukan bahagiamu. tak lelah mencari sesuatu demi membuatmu tersenyum.

    never give up. not for me. but for timur angin and saraswati

    ReplyDelete
  4. hah????????????ada apa ini????kenapa mau berhenti menulis???????tolong jelaskan padaku...

    ReplyDelete
  5. hah, kenapa pumi? jangan sampai gantung laptop, mahaaaalll...

    ReplyDelete
  6. seperti harus pergi untuk memahami sebuah kepulangan. Seperti itu pula rasa rindu. harus berjarak dulu. mungkin perlu istirahat menulis sejenak.

    ReplyDelete
  7. kenapa harus berhenti???
    bahkan aku sudah memulai menulis sesuatu untukmu...
    hahahahaha.....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Alas Kaki Nyaman, Hati Senang

  sumber foto : Facebook Be.Bob Kata seorang teman memilih alas kaki   sama seperti memilih pasangan hidup,   harus cari yang nyaman. Alas kaki nyaman buat saya adalah sandal jepit, tapi tidak semua kondisi pas dengan sandal jepit.. Saat kuliah saya pun dituntut memakai sepatu. Berhubungan karena ngekost maka alas kaki hendaknya memiliki syarat murah, kuat, dan tahan lama serta pas untuk model casual , feminine , atau sporty . Pilihan saya jatuh pada flat shoes . Karena kostku lumayan dekat dengan kampus, saya cukup jalan kaki. Sepatu yang saya kenakan harus bercumbu dengan berdebu dan beladus karena sinar matahari. Paling menyedihkan ketika musim hujan dan air menggenang, saya mengakalinya dengan jalan kaki menggunakan sandal jepit dan memakai sepatu saat tiba di kampus. Tak jarang saya harus menanggung malu karena persoalan alas kaki.  Pernah sekali saya diusir saat mengenakan sepatu sandal di perkuliahan yang dosennya mengharuskan menggunakan...

Di Braga Saya Jatuh Cinta Pada Bandung

Hampir 10 tahun tinggal di Bogor, sepertinya hanya tiga kali saya ke Bandung. Di tiap kedatangan itu Bandung selalu memberikan kesan tersendiri buat saya. Kali pertama ke Bandung, tahun 2013. Kala itu belum pindah ke Bogor. Saya, suami, dan Ara yang masih berusia 3 tahun menghadiri acara nikahan teman di Jogjakarta. Ala backpacker kami lanjut naik kereta ke Bandung. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama yang bikin pantat tepos. Belum lagi sambil momong anak yang pastinya ga begitu nyaman duduk di kereta. Dalam kelelahan kami menjelajah Bandung. Belum ada gocar atau grabcar kala itu. Seingatku kami hanya ke gedung sate. Itu pun sambil jalan kaki. Bandung ini first impression tidak berhasil membuat saya kagum. Kami ke Cihampelas Walk. Selain malnya yang berkonsep eco friendly, tidak ada yang istimewa. Bandung failed to make me wowing.  Perjalanan kedua kala Anna hampir dua tahun. Pakai mobil via Cianjur. Berangkat jam 5 pagi. Ketemu macet di Cianjur. Jam masuk kerja para peg...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...