Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2008

Tak Ada Resolusi Tahun 2009

Tahun ini berakhir seperti sebuah novel yang habis kubaca. Detik bagaikan huruf-hurufnya. Hari menjadi halaman-halaman kisahnya. Dan bab-bab bulan telah aku tuntaskan. Dari Januari, di awal bab, di mana aku pernah berpikir “ setelah halaman awal Januari ini, aku akan berada di halaman terakhir Desember. Penutup cerita novel tahun ini ”. Ceritanya ngambang dan gantung. Memaksa pengarang untuk membuat sekuelnya adalah kuasaku sendiri. Akulah pengarang itu. Akulah sang penulis skenario itu. Akulah sang sutradara, pemain, dan penentu akhir cerita ini. Tahun 2008 ini, masa pendidikanku telah kuakhiri. Seperti Desember yang menjadi penutup bulan di ujung tahun, pada Desember pula kuakhiri jejak langkahku di kampus. Sebuah pintu gerbang kutemui di depan tahun.sebuah kalimat terukir jelas dengan pahatan sederhana di pucuk gerbangnya. “Akan Kemana Lagi Setelah Ini?” . Dimensi 2009 adalah sebuah negeri antah beranta yang tak bias kutebak. Gelap masih berujung di pelupuk mataku. Tak ada peta petu

show me the way....

aku butuh setitik cahaya.... sedikit saja.... seperti mercusuar yang menjadi pemandu untuk tiap perahu yang kehilangan arah angin telah membawaku sejauh ini tapi ia kembali berdiam diri... tak berhembus, tak menghempaskan cadikku aku butuh sedikit saja cahaya sedikit saja....

Makaci...

hari ini takkan berjalan sesuai rencana jika tak ada orang-orang disekitarku yang begitu peduli dan membantuku. persoalan kebayayang tadinya membuatku pusing telah terselesaikan dengan bantuan mertunya kak ipah. juga oleh "Aci" penjahit yang telah bersedia menjahitkan bajuku dengan tenggat waktu yang telah kami sepakati dengan harga yang lumayan murah pula. kepada dua orang bapak petugas damri yang menunjukkan tempat yang aku cari. juga kepada sopir pete-pete yang telah bersedia mengantarku ketempat itu. juga kepada mertu laki-laki kakakku yang telah mengantarku sehingga aku tak perlu lagi naik bacak.  kepada kakak ipah yang telah mengirimkan penyambung gerak untukku. juga kepada etta yang telah mengantarkannya dan begitu baik mau menambahkannya (nantilah lagi saya meminta...kalo anakmu ini benar-benar tak bisa bergerak lagi). dan juga pada seseorang yang telah menjelaskan tentang MT.... terakhir kepada ponakanku, Kevin. yang mengajarkanku kata "makaci" dengan cara

aku, zizi, dan sosialita

Zizi kecil berumur 12 tahun terkagum-kagum pada jejeran perempuan cantik dilyar televisinya. Sebuah ajang untuk mencari perempuan terbaik yang tak hanya bauety tapi memiliki brain dan behaviour. Zizi kecil yang begitu terpesona mematrikan hati kecilnya untuk menjadi bagian dari perempuan-peremupan itu. Ia memimpikan dirinya menjadi putrid Indonesia. 7 tahun kemudian, dia telah membuktikan bahwa ia mampu meraih cita-citanya. Di usianya ke 19 tahun, Zivvana Letisha Siregar di bulan agustus 2008 ia membuktikan diri mampu menjadi putri Indonesia. Ia tidak main-main mengejar cita-cita. Ia berlatih dan terus belajar. Zizi kecil telah menjelma menjadi putri yang tak Cuma cantik tapi juga cerdas dan memiliki pribadi yang mengagumkan… Aku membaca sosoknya dirubrik sosialita Kompas minggu kemarin. Aku menyaksikan ia bertarung di ajang putrid Indonesia 2008 kemarin. Ia tampil menganggumkan dan membuatku iri. Aku salut padanya. Apa yang telah aku capai selama ini???Aku belumlah berusaha begitu ke

Naik kelas di black canyon!

Entah angin dari mana tiba-tiba kak riza begitu baik mengajak kami (saya, k harwan, arya, k bento, ema) di ajak ke black canyon di Mtos. Mungkin karena training IRI untuk caleg perempuan sudah selesai dan ia akan mendapat proyek yang lumayan besar untuk sebuah seminar nasional. tapi menurut konfirmasi ini telah direncanakan jauh-jauh hari. mentraktir kami di sini. hitung-hitung bagi rejeki katanya.(dan juga untuk mendapatkan pengakuan bahwa ia telah menjadi orang kaya sekarang). Dan akhirnya tibalah kami di sini. Di tempat bernama black canyon. Tempat yang tak akan saya (khusus) datangi dengan sengaja jika aku harus membayar makananku sendiri. Apalah saya hanya mahasiswa yang hanya memiliki uang bulan ¼ juta perbulan. Itu pun harus berjibaku untuk memenuhi kebutuhan bulanan yang tak terpenuhi oleh duit itu. Coklat dingin, capucino, mocca, coklat panas, dan vanila latte menjadi pesanan kami. Rencana awal adalah untuk membicarakan tender yang k riza dapat, media literasi dan IRI-nya k

tidak ada film untuk dwi...

Aku memiliki kebiasaan baru. mencatat perencanaan yang harus aku lakukan dengan sangat detail. Hari ini setelah mematut diri untuk patuh pada rencana-rencanaku sore ini, tibalah kau pada rencana terakhir. Rencana untuk bersantai. Window shopping atau sekedar liat-liat. Rencana terakhir hari ini adalah membeli coklat untuk malaikat charlie aku berencana ke Video Ezy. Hitung-hitung buat nonton film yang original dan menonton film-film yang membuatku penasaran. Aku tak punya kartu member, tapi dulunya aku bisa minjam tanpa harus memperlihatkan kartu. Cukup menyebutkan nama kakak angkatanku dan beberapa nomor telepon. Dengan modal itu aku dengan santai melangkahkan kakiku setapak-setapak di rental film itu. dengan PD memilih-milih film diantara beberapa pelanggan cowok yang ada di situ. Empat film telah aku pilih. Aku melangkah ke meja kasir.... "Mbak, film ini berseri.."katanya sambil menunjukkan sampul film korea yang kau pili h. Aku pun kembali mencari film pengganti. fil

Aku : Dari Seminar Hingga Yudicium...

Saat Seminar Saat Ujian Sesaat Sebelum Yudicium Detik-detik Jelang Yudicium Insiden Yudicium!!! Nama perempuan ini tidak disebut namanya hingga daftar terakhir nama yudicium. Saat namanya tak disebut, beginilah ekspresinya.... Riuh Rendah Setelah Namanya Disebut Dengan Predikat Cumlaude Efek dramatisasi setelah mendapat gelar sarjana komunikasi (Baca : TERHARU) Wajah-wajah bahagia sarjana baru (memiliki optimisme tinggi akan masa depan) Wajah-wajah Sarjana dan calon sarjana yang super narsis... Inilah para sarjana komunikasi yudicium periode ke II wisuda desember 2008...SELAMAT YA!!!! Sarjana muda...FRESH FROM THE OVE

pintu kamarmu saja sudah cukup...

Aku dan dia tak berjarak. Aku hapal rutinitasnya. Begadang tengah malam dan tidur hingga siang. Tak jarang ia tak masuk kuliah hanya karena bangun kesiangan. Kami satu kost. Kamarnya hanya beda tiga kamar dari kamarku. Aku mengenalnya dan ia pun mengenalku. Aku sering membagi coklatku dengannya. Tak jarang pula ia meminjam novel-novelku. Sesekali aku juga ikut nimbrung membaca komik yang dipinjamnya dari kafe baca. Ia menyukai semua jenis musik dan ia menyukai buku. Itulah mungkin yang membuat kami bisa akrab. Kami bisa berbagi apa saja. aku tak sungkan untuk berada di kamarnya saat ia sedang keluar. Bahkan melihat koleksi kaset dan album foto kecilnya. Namun akhir-akhir ini kami tak pernah lagi ngobrol tentang buku dan musik. Ia makin jarang keluar kamar. Kami mulai jarang bertemu. Komunikasi yang dulunya terjaga tiba-tiba tak berbekas. Aku tak berani menegurnya duluan dan ia pun tampak tak acuh padaku. Keakraban itu tiba-tiba lenyap. Dan ada sebuah rasa kosong yan

dan pembaca hanyalah penikmat...

Aku sampai pada kalimat terakhir dari halamana terakhir buku setebal 504 halaman itu... Aku membacanya...tiap detail...tak terlangkahi satu kata pun Dan aku sampai pada kesimpulan... Aku sedih membacanya... Aku tak membayangkan akhirnya seperti itu Tak seperti tiga kawan sebelumnya Ia berakhir pada kalimat yang membuat ruang di jiwaku kosong Dan tak dapat kunantikan lagi lanjut kisahnya Karena pengarang telah memutuskan membunuh tokohnya Aku mungkin hanya pembaca, namun aku tetap memiliki imaji akan buku itu... Tapi pada akhirnya kuasa akhir ada pada tangan pengarang Aku hanyalah penikmat dari semua itu...